Film Rain Man (1988) adalah salah satu karya monumental dalam sejarah perfilman Hollywood. Disutradarai oleh Barry Levinson dan dibintangi oleh Dustin Hoffman dan Tom Cruise, film ini bercerita tentang perjalanan dua saudara, Charlie Babbitt dan Raymond Babbitt, yang melakukan perjalanan bersama setelah Charlie mengetahui bahwa saudaranya yang autistik, Raymond, mewarisi seluruh harta ayah mereka. Rain Man menjadi sebuah film yang mendapatkan pujian kritis serta memenangkan berbagai penghargaan, termasuk empat Academy Awards.
Pada awalnya, Rain Man tidak langsung terwujud sebagai film besar. Ide cerita berawal dari sebuah skenario yang ditulis oleh Barry Morrow. Skenario ini pertama kali muncul di tangan produser Mark Johnson, yang kemudian membawanya ke sebuah studio. Morrow sendiri terinspirasi oleh seorang teman yang memiliki saudara dengan kondisi autisme. Untuk menggali lebih dalam tentang autisme, ia banyak melakukan riset, termasuk bertemu dengan para ahli dan individu yang mengidap kondisi tersebut.
Kunci kesuksesan film ini adalah cara cerita yang menyentuh hati namun tetap realistis tentang kondisi autisme. Hal ini juga yang membuat film ini begitu relevan dan mendalam. Skenario film ini mengadaptasi kemampuan matematika unik yang dimiliki oleh karakter Raymond. Pencipta film bekerja sama dengan ahli matematika untuk memastikan bahwa kemampuan Raymond dalam menghitung angka-angka besar terasa realistis.
Dustin Hoffman mendapatkan peran sebagai Raymond Babbitt, seorang pria dengan autisme, setelah melalui proses yang panjang. Hoffman dikenal karena dedikasinya terhadap karakter yang ia perankan, dan untuk peran ini, ia melakukan riset yang sangat mendalam untuk memahami karakter seorang individu dengan autisme. Hoffman menghabiskan waktu dengan mengamati orang-orang yang hidup dengan autisme dan berbicara dengan para ahli.
Hoffman bekerja keras untuk membuat karakter Raymond menjadi realistis dan tidak sekadar stereotip. Salah satu tantangan terbesar selama proses syuting adalah membuat penampilan karakter Raymond tetap konsisten. Hoffman harus menjaga keseimbangan antara menunjukkan kecerdasan luar biasa Raymond dan juga menggambarkan kebiasaan serta keterbatasan sosial yang dimilikinya.
Dustin Hoffman sempat bertemu dengan seorang pria autistik bernama Kim Peek, yang menjadi inspirasi bagi karakter Raymond. Kim Peek memiliki kemampuan luar biasa dalam mengingat informasi, mirip dengan Raymond yang memiliki kemampuan dalam matematika, namun ia juga menunjukkan perilaku khas autistik seperti ketidakmampuan untuk berinteraksi sosial secara alami. Kim Peek dikenal sebagai 'Rain Man' dalam kehidupan nyata.
Untuk peran Charlie Babbitt, karakter yang lebih impulsif dan pragmatis, pihak produksi awalnya mempertimbangkan aktor-aktor besar lainnya. Namun, akhirnya mereka memilih Tom Cruise, yang pada saat itu belum setenar sekarang, namun sudah dikenal berkat penampilannya dalam film Top Gun (1986). Pemilihan Cruise terbukti sangat tepat, karena ia berhasil menampilkan karakter Charlie yang evolusinya terasa nyata sepanjang film.
Syuting Rain Man dilakukan di beberapa lokasi ikonik di seluruh Amerika Serikat. Sebagian besar film ini mengambil latar di jalan raya, di mana Charlie dan Raymond melakukan perjalanan bersama. Salah satu lokasi terkenal yang sering muncul adalah hotel dan kasino di Las Vegas, yang menjadi bagian penting dari plot film ini, terutama ketika Raymond menunjukkan keterampilan luar biasa dalam permainan kartu blackjack.
Film ini juga menampilkan pemandangan indah dari berbagai tempat, seperti jalanan California dan Arizona. Lokasi-lokasi ini memberikan sentuhan visual yang indah sekaligus kontras dengan perjalanan emosional yang dialami oleh karakter utama.
Barry Levinson, sutradara Rain Man, dikenal dengan gaya penyutradaraannya yang sangat mengutamakan karakter dan interaksi antar individu. Dalam film ini, ia berhasil menciptakan dinamika yang kuat antara Dustin Hoffman dan Tom Cruise, yang menggambarkan hubungan yang berkembang antara dua karakter yang sangat berbeda. Pengambilan gambar sering menggunakan teknik close-up untuk menunjukkan ekspresi wajah dan perasaan kedua karakter utama, memberikan penonton kesempatan untuk merasakan konflik internal yang mereka alami.