Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Menulis fiksi, film, religi, dan kesehatan. Semua akan dijadikan buku. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dakwah Kultural Wali Songo

8 November 2024   07:23 Diperbarui: 8 November 2024   11:26 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wali Songo populer dengan metode dakwah yang khas dalam mengenalkan dan menyebarkan ajaran Islam. Salah satunya melalui dakwah kultural, yaitu berupa praktek-praktek kesenian yang bisa dinikmati dan dekat dengan kehidupan masyarakat.

Wali Songo terdiri dari sembilan orang yang sangat dihormati. Selama berdakwah, mereka anti melakukan kekerasan apalagi pemaksaan pada warga yang belum mengenal Islam. Tiga orang diantaranya sangat kental memilih kesenian dan kebudayaan sebagai metode penyebaran Islam. Hasil karya mereka bahkan masih bisa dinikmati hingga kini. Siapa saja Wali Songo yang aktif berdakwah secara kultural?

Sunan Bonang

Sebagaimana Wali Songo lainnya, Sunan Bonang menyebarkan Islam melalui media seni dan budaya. Ia menggunakan alat musik gamelan untuk menarik simpati rakyat. Warga berbondong-bondong ingin mendengarkan alunan tembang dari gamelan yang dimainkan Sunan Bonang. Ia menggubah sejumlah tembang tengahan macapat, seperti Kidung Bonang dan tembang Tombo Ati yang masih sering dinyanyikan orang hingga saat ini. Akhirnya, banyak yang bersedia memeluk agama Islam tanpa paksaan.

Sunan Bonang merupakan salah satu ulama anggota Wali Songo, penebar syiar Islam di Jawa pada abad ke-14 Masehi. Nama aslinya Raden Makdum Ibrahim. Sunan Bonang berdakwah dengan memanfaatkan kesenian dan kebudayaan Jawa, seperti gamelan, wayang kulit, tembang suluk, dan karya sastra.

Konon, ia adalah penemu salah satu gamelan jenis bonang, alat musik ketuk berbentuk bundar dengan tonjolan di bagian tengahnya. Suara yang dihasilkan dari gamelan ini sangat merdu. Dari sinilah julukan Sunan Bonang disematkan kepada Raden Makdum Ibrahim. Ada satu lagi versi berbeda terkait penamaan Sunan Bonang. Selama menjadi imam Masjid Demak, ia tinggal di desa Bonang. Itulah kenapa ia dipanggil Sunan Bonang.

Sunan Bonang menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang membuat gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan akhirat.

Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah mengubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam. Sunan Bonang menambahkan ricikan untuk memperkaya pertunjukannya seperti kuda, gajah, harimau, garuda, kereta perang, dan rampogan, yaitu tradisi pertarungan antara manusia dengan harimau atau hewan lain yang berasal dari Jawa, mirip dengan permainan gladiator Romawi.

Sunan Bonang banyak menggubah sastra berbentuk suluk atau tembang tamsil. Antara lain Suluk Wujil yang dipengaruhi kitab Ash-Shiddiq karya Abu Sa'id Al Khayr. Saat ini, naskah asli Suluk Wujil disimpan di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda. Suluk Wujil diakui sebagai salah satu karya sastra terbesar di nusantara, karena isinya yang indah serta kandungannya yang kaya dalam menafsirkan kehidupan beragama.

Sunan Kalijaga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun