Nama aslinya adalah Raden Sahid, merupakan anak Adipati Tuban, Tumenggung Wilatikta. Sunan Kalijaga menggunakan seni sebagai media dakwahnya, dengan cara memadukan ajaran Islam dengan unsur kebudayaan masyarakat setempat. Sunan Kalijaga berdakwah lewat wayang kulit, tembang, gending, dan gamelan.
Dalam pertunjukan wayangnya, Sunan Kalijaga menggabungkan naskah kuno dengan ajaran Islam. Ia mengajarkan nilai-nilai tasawuf melalui wayang, dan memunculkan ajaran Islam melalui tokoh Yudistira dan Bima. Sunan Kalijaga juga menciptakan perangkat gamelan yang digunakan dalam pertunjukan wayang. Â
Sunan Kalijaga menciptakan banyak tembang yang berisi ajaran Islam, seperti Lir-Ilir, Gundul-Gundul Pacul, Kidung Rumeksa ing Wengi, Lingsir Wengi, dan Suluk Linglung. Bukan itu saja, Sunan Kalijaga adalah pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, dan grebeg maulud. Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin, serta masjid dipercayai sebagai karya Sunan Kalijaga. Ia juga menciptakan bedug di masjid untuk memanggil orang ketika waktu shalat telah tiba.
Sunan Muria
Nama asli Sunan Muria adalah Raden Umar Said. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Ia merupakan putra dari Sunan Kalijaga. Sepanjang periodenya berdakwah, Sunan Muria dikenal lebih suka bertugas di desa dan bergaul dekat dengan masyarakat.
Sunan Muria menggunakan seni sebagai salah satu cara berdakwah. Ia mempertahankan kesenian tradisional seperti gamelan dan wayang, dan memasukkan ajaran Islam di dalamnya. Ia menciptakan beberapa tembang Jawa, di antaranya tembang Kinanthi dan Sinom. Sunan Muria berpendapat, bahwa ajaran Islam dapat disebarkan menggunakan alat-alat kesenian Jawa, seperti gamelan dan wayang. Dia mengadakan pertunjukan wayang seperti Dewa Ruci, Dewa Srani, Jamus Kalimasada, Begawan Ciptaning, dan Semar Ambarang Jantur.
Sunan Muria mengubah tradisi masyarakat setempat dengan memasukkan nilai-nilai Islam di dalamnya. Misalnya, Sunan Muria mengubah tradisi bancakan menjadi kenduri untuk mengirim doa kepada leluhur. Selain itu, ia juga berdakwah dengan cara mengajarkan keterampilan kepada masyarakat, seperti bercocok tanam, berdagang, dan kesenian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H