Sejak bergabung dengan Liverpool pada tahun 2017, Mohamed Salah, pemain sepak bola asal Mesir yang bermain untuk Liverpool FC, telah menunjukkan performa luar biasa, menjadi salah satu pencetak gol teratas di Premier League dan membantu timnya meraih berbagai trofi, termasuk Liga Champions UEFA. Keberhasilannya di lapangan membuatnya menjadi salah satu pemain sepak bola paling dikenal di dunia, dan sekaligus mengangkat citra Muslim di kalangan penggemar olahraga. Melalui tindakan dan sikapnya, Salah telah berkontribusi dalam upaya mengurangi Islamofobia, membuat masyarakat lebih terbuka dan toleran.
Islamofobia adalah pandangan dan sikap yang mengandung prasangka, ketakutan, dan kebencian terhadap Islam dan orang-orang Islam. Istilah ini sudah lama berkembang di Barat dan menguat setelah tragedi serangan teroris 11 September 2001.
Di lapangan, Mo Salah seringkali merayakan gol dengan berlutut dan menyentuhkan keningnya ke tanah dalam posisi sujud, yang merupakan simbol dari ibadah dalam Islam. Sebuah video pernah viral, menunjukkan para pendukung Mo Salah akan menjadi Muslim dan menghabiskan waktu di masjid, jika idola mereka berhasil menambah skor di musim ini. Yel-yel yang mengadaptasi lagu 'Good Enough' karya band Dodgy dari tahun 1996 itu berisikan dukungan para pendukung kepada Salah. "Jika dia cukup baik untukmu, dia cukup baik untukku." "Jika dia menciptakan gol-gol baru, aku pun akan menjadi Muslim."
Bahkan, dampak Salah jauh lebih besar daripada sekadar di dalam stadion. Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Stanford menunjukkan bahwa sejak Salah bergabung dengan klub, kejahatan kebencian di wilayah Liverpool telah turun hingga 18,9%, jauh lebih rendah daripada perkiraan sebelumnya. Laporan ini menganalisis data dari berbagai kepolisian di Inggris.
Lebih jauh, analisis terhadap 15 juta tweet dari penggemar sepak bola di Inggris mengungkapkan bahwa pendukung Liverpool telah mengurangi jumlah tweet anti-Muslim mereka hingga setengahnya.
Survei yang melibatkan lebih dari 8.000 penggemar Liverpool menunjukkan bahwa berkurangnya prasangka terhadap umat Islam disebabkan oleh peningkatan pemahaman terhadap nilai-nilai Islam melalui sikap Salah. Citra Salah sebagai seorang ayah yang ceria, teman yang baik, dan pemain yang luar biasa telah membantu mengubah stereotip negatif tentang umat Islam.
Melalui perayaan golnya yang khas, postingan di media sosial, wawancara, dan dukungan dari istrinya, Magi, yang mengenakan kerudung, para penggemar diberi kesempatan untuk lebih mengenal kehidupan pribadi dan publik Salah. Dia juga dinyatakan sebagai salah satu dari 100 orang paling berpengaruh oleh majalah Time pada tahun 2019.
Mo Salah bukan hanya dikenal karena keterampilannya di lapangan, tetapi juga karena peran sosialnya yang signifikan dalam meredakan sentimen negatif terhadap umat Muslim, terutama dalam konteks Islamofobia. Dengan popularitasnya yang besar, Salah telah menjadi simbol pengharapan dan toleransi.
Pengaruh Salah tidak hanya terbatas di Inggris, tetapi juga terasa di seluruh Eropa. Dengan popularitas Liga Premier yang mendunia, banyak penggemar dari berbagai negara mengikuti perjalanan kariernya. Salah telah membantu membangun jembatan antara berbagai budaya, menciptakan rasa saling pengertian di antara penggemar yang mungkin memiliki pandangan berbeda tentang Islam.
Salah mematahkan banyak stereotip yang berkaitan dengan umat Muslim. Dengan keberhasilan dan sikapnya yang rendah hati, ia menunjukkan bahwa individu Muslim dapat mencapai puncak dalam bidang yang sangat kompetitif, seperti olahraga profesional. Hal ini membantu mengurangi stigma dan memberikan contoh positif bagi generasi muda.