Nino mengangguk. "Saya ingin menulis tentang kedai kopi Anda. Tentang bagaimana Anda mengelola bisnis ini dengan baik meskipun menghadapi tantangan. Ini adalah kisah yang bisa menginspirasi banyak orang."
Bekti merasa lega dan terkejut sekaligus. "Benarkah? Saya hanya melakukan yang terbaik untuk pelanggan dan karyawan saya."
Nino mengeluarkan notebook dan mulai mencatat. "Cerita Anda sangat menarik, dan saya yakin banyak orang akan menghargainya. Boleh saya tanya lebih lanjut tentang perjalanan Anda dan kedai ini?"
Bekti mulai bercerita. Ia lahir dalam keluarga sederhana. Ayahnya seorang petani, dan ibunya bekerja sebagai penjahit. Sejak kecil, Bekti belajar keras. Setelah lulus sekolah, ia memutuskan untuk pergi ke kota untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Namun, hal itu tidak mudah. Ia pernah menjadi pengantar barang, penjaga toko, bahkan pelayan di berbagai restoran, sebelum akhirnya mendapatkan keberanian untuk membuka kedai sendiri.
"Setiap malam, aku sering pulang larut dengan tubuh lelah. Tak jarang, aku merasa putus asa. Namun, aku selalu ingat bahwa tidak ada yang instan dalam hidup. Setiap kesuksesan ada harganya," Bekti menjelaskan dengan penuh semangat.
"Bagaimana Anda melihat sebuah kesuksesan?" tanya Nino penasaran.
Bekti tersenyum tipis. "Orang hanya melihat hasil, bukan prosesnya. Di balik semua ini, ada ratusan cangkir kopi yang gagal, banyak malam tanpa tidur, dan keinginan yang tidak pernah padam. Setiap orang bisa jatuh, tetapi yang membedakan adalah seberapa cepat kita bangkit kembali. Kesalahan adalah bagian dari perjalanan, bukan akhir dari segalanya."
Setelah wawancara, Nino beranjak pergi dengan senyuman. "Saya akan menghubungi Anda ketika artikel ini terbit. Terima kasih telah meluangkan waktu."
Keesokan harinya, berita tentang kedai kopi Bekti muncul di halaman depan sebuah surat kabar lokal. Dalam artikel yang mengulas perjalanan Bekti menuju kesuksesan, Nino juga menyoroti sikap Bekti yang bijaksana saat menghadapi situasi sulit dan keberaniannya dalam mendukung karyawannya.
Pembaca di seluruh desa mulai membicarakan kedai kopi Bekti. Dalam waktu singkat, pelanggan berdatangan untuk merasakan kopi yang mereka dengar begitu banyak hal tentangnya. Mereka ingin melihat langsung sosok yang berani berdiri di balik setiap cangkir kopi yang disajikan.
Bekti tersenyum membaca artikel tersebut, merasa bangga dengan apa yang telah ia capai. Ia tahu, setiap tetes kopi yang dituangkan adalah hasil dari kerja keras dan keberanian untuk bangkit dari kesalahan.