Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Menulis fiksi, film, religi, dan kesehatan. Semua akan dijadikan buku. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mandi Hujan

30 September 2024   17:08 Diperbarui: 30 September 2024   17:12 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freepik.com/

Ketika dia melangkah ke dalam air, dingin hujan yang membasahi tubuhnya seolah menghapus semua masalah yang menghantuinya. Dia tertawa, merasakan kegembiraan yang sudah lama hilang. Mereka semua berlari, melompat, dan menari di tengah hujan. Seperti saat mereka masih kecil, tanpa beban dan tanggung jawab.

"Lihat! Ini dia permainan favorit kita!" Mono berteriak sambil melemparkan air ke arah Hakim. Dia membalas dengan menendang air, dan dalam sekejap, semua terlibat dalam pertempuran air yang penuh tawa.

Setiap tawa dan canda mengingatkan Hakim akan saat-saat bahagia yang selalu dia rindukan. Dia merindukan kebersamaan, kehangatan, dan kesederhanaan masa kecil yang penuh keceriaan. Hakim menyadari, hidupnya kini terlalu dipenuhi dengan tekanan dan ambisi yang kadang membuatnya lupa akan makna kebahagiaan sederhana.

Hujan mulai reda, rintik-rintik air turun dengan lembut. Dia berdiri di tengah genangan, berusaha mengingat setiap wajah, setiap momen. Namun, saat dia melihat ke arah teman-temannya, wajah mereka mulai memudar, seperti bayangan dalam kabut.

"Eh, kalian mau kemana?" Hakim bertanya, panik. "Jangan pergi! Ayo kita main lagi!"

"Ini saatnya kami pulang, Kim," Mono berkata dengan suara lembut, meski masih tersenyum. "Kami hanya datang untuk mengingatkanmu. Bahwa kebahagiaan itu sederhana, dan tak pernah jauh."

Satu per satu, mereka melambaikan tangan. Hakim merasakan sesuatu di dadanya; campuran rasa kehilangan dan harapan. Mereka menghilang, seolah ditelan bumi, dan dalam sekejap, hanya suara hujan yang tersisa.

Hakim berdiri sendiri, merasakan air hujan yang mengalir di wajahnya. Kenangan indah itu terpatri dalam pikirannya. Perlahan, dia berbalik menuju motornya, merasa lebih ringan. Saat dia mencoba menyalakan mesin motor, suara menderu kembali mengisi udara.

"Ya Tuhan, berhasil!" Hakim berseru, dan senyum lebar merekah di wajahnya. Dia mengendarai motor pulang dengan perasaan yang berbeda---bahagia, bebas, dan penuh harapan.

Hujan telah reda, tetapi di hatinya, canda tawa teman-teman masa kecilnya tetap terukir. Hakim pulang, tak hanya membawa kenangan, tetapi juga pelajaran: bahwa kebahagiaan sejati selalu bisa ditemukan, bahkan di tengah hujan sekalipun.

TAMAT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun