Di sudut kota yang sama
di mana kita pernah tertawa
sekarang hanya ada sunyi
membawa bayang-bayangmu
seolah waktu tak pernah pergi
Kau ingat saat kita menari
di bawah sinar rembulan
langit jadi saksi
segala janji yang kita ucapkan
namun tak terpatri dalam kenyataan
Kini, suara langkahmu hanyalah gema
membawa ingatan pahit manis
seperti aroma kopi yang terlalu kuat
yang menggugah selera
tapi terlalu pahit untuk ditelan
Kau adalah musim yang lalu
daun-daun berjatuhan
membawa pesan tak terucap
bahwa cinta kita
seperti embun pagi, cepat menguap
Seperti hujan di musim kemarau
yang datang dan pergi tanpa aba-aba
aku menyimpan sisa rasa
di sudut hati yang tak ingin sirna
Biarkan angin menyampaikan
segala rindu yang terpendam
meski kita tak lagi bersua
cinta kita abadi dalam diam
Semoga suatu saat kita bertemu
di jalan takdir yang berliku
kita tersenyum pada kenangan
sebagai lukisan yang takkan pudar
dalam album waktu yang kita ciptakan
Namun, jika waktu mengizinkan
izinkan aku menggenggam bayangmu
seperti hujan yang merindu bumi
meski tak bersatu, kita selamanya
cinta kita, laksana alunan angin
berbisik lembut, meski tak terucap
menyatu dalam detak jantung semesta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H