Jamal terbangun dari tidur siangnya yang nyenyak di dalam angkotnya, terkejut oleh suara gedoran di jendela. Seorang wanita dengan wajah pucat dan mata penuh kepanikan berdiri di luar, nafasnya tersengal-sengal saat ia meminta tolong. "Bayi! Tolong, ada bayi yang kecelakaan! Segera ke rumah sakit!" serunya, suaranya bergetar penuh rasa cemas.
Tanpa berpikir panjang, Jamal segera menyalakan mesin dan membawa wanita itu. Hatinya berdebar. Jalanan yang biasanya ramai kini seolah melambat, dan detak jam seakan terhenti. Ia mengemudikan angkot dengan kecepatan tinggi, berusaha menembus rasa panik yang menggerogoti.
Setibanya di lokasi, Jamal segera melompat keluar. Mereka disambut pemandangan mengejutkan: sebuah sedan menabrak dinding dengan api yang mulai menjilat-jilat di bagian depan mobil. Jamal melongok melalui jendela, matanya mencari-cari. Namun, yang ia temui bukanlah bayi, melainkan seorang wanita hamil terjepit di kursi pengemudi. Separuh wajahnya tertutup oleh darahnya, akibat benturan yang sangat keras. Wanita itu tak sadarkan diri.
Sejumlah warga yang melihat kejadian itu mulai berkumpul, beberapa di antaranya ikut berusaha membuka pintu mobil yang terjepit. Dengan sekuat tenaga, Jamal mendobrak pintu yang sudah penyok, membantu mereka mengeluarkan wanita itu.
"Ayo! Segera ke angkot!" teriak Jamal. Dengan bantuan warga lain, mereka berhasil mengangkat wanita hamil itu dan membawanya masuk ke dalam angkot. Dalam kekalutan itu Jamal sempat mencari wanita yang tadi minta tolong padanya. Namun, wanita itu sudah menghilang di antara kerumunan. Jamal memutuskan untuk segera ke rumah sakit. Di dalam angkot, wanita hamil itu terkulai lemah, nafasnya tersengal. Kondisinya benar-benar kritis. Jamal berusaha menenangkan dirinya, berdoa dalam hati agar semuanya baik-baik saja.
Setibanya di rumah sakit, Jamal melompat keluar dan berteriak meminta bantuan. "Cepat! Wanita hamil, dia butuh pertolongan!" Sejumlah tenaga medis berlari mendekat, segera mengambil alih dan membawa wanita itu masuk ke ruang gawat darurat. Jamal berdiri di luar, jantungnya berdebar kencang. Dia berdoa lagi, lebih banyak, lebih khusyuk.
Setelah beberapa waktu yang terasa seperti selamanya, seorang dokter keluar dengan raut wajah serius. "Kami sudah berusaha," katanya pelan. "Ibu dan bayinya dalam keadaan kritis. Kami berhasil menyelamatkan bayinya, tapi..."
Jamal terdiam. Suara dokter bergetar dalam kepalanya. "Tapi ibunya tidak selamat."
Kata-kata itu menggantung di udara, mengiris perasaan Jamal. Kenapa? Kenapa tidak ada yang bisa dilakukan? Dia hanya mengangguk, tidak tahu harus berbuat apa. Semua kejadian tadi terasa begitu cepat, tapi dampaknya begitu mendalam.
Malam itu, di sudut ruangan rumah sakit, Jamal duduk terpekur. Bayi yang baru lahir berada dalam inkubator, terbungkus selimut hangat. "Maafkan aku," bisiknya pelan, menatap bayi yang tak berdosa. "Aku sudah berusaha. Tapi kau masih memiliki harapan."