Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Menulis fiksi, film, religi, dan kesehatan. Semua akan dijadikan buku. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terbang Bersama Ayah

23 September 2024   11:24 Diperbarui: 23 September 2024   11:25 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak kecil, Sandi selalu mendengar pesan ayahnya, Sopyan, yang berulang kali menggema di telinganya: "Gantungkan cita-citamu setinggi langit." Setiap kali mendongeng tentang pesawat, Sopyan selalu menggambarkan langit biru dan awan putih yang seakan memanggil. Mimpinya untuk menjadi pilot pun tumbuh subur, bagai benih yang ditanam di tanah yang subur.

Setelah bertahun-tahun belajar dan berusaha, Sandi akhirnya diterima di program studi penerbangan. Namun, perjalanan itu tidak semudah yang dia bayangkan. Di tengah pelajaran yang intens dan praktik yang melelahkan, rasa putus asa mulai merayapi dirinya.

Suatu malam, setelah kelas yang melelahkan, Sandi pulang dengan kepala pusing. Ia terjatuh di kursi, menekuk tubuhnya dan menggenggam lengan. "Aku tidak tahu apakah aku bisa melanjutkan ini, Ayah," keluhnya pada Sopyan yang duduk di sebelahnya, membaca koran. "Semua orang lebih baik dariku. Apa yang terjadi jika aku gagal?"

Sopyan menurunkan korannya, menatap Sandi dengan lembut. "Nak, setiap orang memiliki perjalanan mereka sendiri. Jangan bandingkan dirimu dengan yang lain. Yang terpenting adalah usaha dan ketekunanmu."

Sandi menatap kosong ke arah jendela, mencoba membayangkan langit malam yang cerah. "Tapi ini sangat sulit. Terkadang aku merasa ini seperti sebuah misi yang mustahil."

"Setiap pilot besar pernah merasakan keraguan. Yang membedakan adalah mereka tidak menyerah," nasihat Sopyan.

"Aku merasa tertekan, Ayah. Pelajaran ini sangat banyak, dan aku merasa aku tidak siap," Sandi mengaku, suaranya bergetar.

"Setiap kali kamu merasa terjatuh, ingatlah mengapa kamu ingin terbang. Kapan pun kamu merasa lelah, bayangkan kita terbang tinggi, melintasi awan. Itu adalah impian yang layak diperjuangkan," Sopyan menambahkan, senyum hangatnya seolah melingkupi Sandi.

Setelah percakapan itu, Sandi merasa sedikit lebih tenang. Dia mulai berusaha keras lagi, menggali setiap pelajaran, berlatih dengan tekun. Meskipun tantangan masih menghampiri, dia merasa bahwa ada sosok ayahnya yang mendukungnya di sampingnya.

Hari itu, dengan seragam pilot yang rapi, Sandi bersiap untuk penerbangan pertamanya. Harapannya tinggi, seperti langit yang selalu menjadi inspirasi. Namun, saat hendak terbang, kabar buruk datang; ibunya, Nur, jatuh sakit. Ayahnya tidak bisa menemani, dan Sandi merasakan kekosongan yang menyentuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun