Hari itu, Budi sangat bersemangat. Liburan telah tiba, dan rencana untuk pergi ke taman bermain sudah terbayang dalam benaknya. Namun, setelah menunggu di halte bus tanpa hasil, dia merasa kecewa. Tiba-tiba, sepeda tua melaju mendekatinya. Budi mengenali sosok di atas sepeda itu---Pak Aziz, gurunya yang selalu sabar dan bijaksana.
"Budi, mau ke mana?" tanya Pak Aziz, tersenyum.
"Saya mau ke taman bermain, Pak. Tapi tidak ada bis yang lewat," jawab Budi dengan nada kesal.
"Naik sepeda saja. Tapi ingat, kamu harus sabar selama perjalanan ini," pesan Pak Aziz.
Budi mengangguk setuju, bertekad untuk sabar. Namun, saat mereka melaju, keluhan mulai muncul.
"Kenapa sih kita lewat jalan ini?" protes Budi.
Pak Aziz tetap tenang. "Jalan ini mungkin lebih lambat, tetapi lebih aman. Yang penting kita sampai dengan selamat."
Budi menggeleng, tidak puas. "Tapi kita bisa lewat jalan yang lebih cepat!"
"Budi," Pak Aziz menjelaskan, "Kadang jalan yang lambat justru membawa kita ke pengalaman yang lebih berharga. Kita akan melihat lebih banyak hal di sepanjang perjalanan ini."
Budi mengerutkan dahi, tetapi tidak menjawab. Dia terus merungut setiap kali Pak Aziz memperlambat laju sepeda untuk melewati jalan berlubang. "Seharusnya kita bisa lebih cepat, Pak!"