Di pelataran ini
di mana tawa mengalun
ibu berdiri
seperti matahari pagi
menghidupkan setiap sudut
aroma masakan membelai
rempah-rempah menari di udara
suara ceria anak-anak
menghujam hangat ke relung jiwa
Meja makan
berpadu piring berkilau
setiap suapan adalah cerita
momen-momen tak terukur
di balik tawa
kekeluargaan mengalir
mengikat kita dalam kehangatan
cinta yang tak terputuskan
Namun kini
rumah ini sepi
dinding-dinding merintih
menggenggam kenangan
meja makan kosong
piring-piring berdebu
di sudut sunyi
menghitung hari yang hampa
tanpa suara lembutmu
tanpa senyummu yang menentramkan
Oh, bagaimana bisa
mendung ini menyelimuti
di ambang pintu
kuingat setiap detik
bayang-bayangmu melintas
seperti rindu yang menyesak
aku memanggil namamu
namun hanya hening yang menjawab
seperti bintang yang redup
Kekosongan ini
terasa begitu dalam
setiap sudut menyimpan luka
kenangan-kenangan menari
seperti embun pagi
menguap dalam sepi
di setiap jengkal ruang ini
kau hidup
ibu, di dalam ingatan
Minggu ini
aku merangkai cinta
dari sisa-sisa kasihmu
setiap nafas membawa rindu
seperti daun yang jatuh
tak berani memecah sunyi
akan kukenang
setiap detik
cinta yang kau tanam
abadi dalam jiwa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H