Malam minggu datang
dengan langkah yang sama
tapi kau tak lagi di sini
Hanya kursi kosong menemaniku
angin malam menggelitik tirai
dan suara detik jam
memecah sunyi yang menggantung
Dulu, kau dan aku
berbagi tawa sederhana
di bawah lampu jalan yang suram
di balik senyuman bulan sabit
Aku ingat, kau suka bau tanah basah
setelah hujan sore
Tanganmu hangat
sementara jari-jariku kaku
tak pernah ingin lepas
Sekarang, malam minggu adalah gelas kopi dingin
dan foto di atas meja yang memandangiku
Kau tersenyum di sana
seperti tak ada yang berubah
seperti malam ini masih milik kita
Tapi langit malam terlalu terang
bintang-bintang terlalu ramai
sementara hatiku sunyi
Aku mendengar gemerisik angin
di pepohonan luar jendela
tapi tak ada langkah kakimu
di belakangku lagi
Di masa lalu, kita janji
bahwa malam minggu adalah perayaan
tapi apa yang dirayakan sekarang?
Sekadar bayangan yang kian pudar
dan ruang yang terus menua
Kau pernah berkata
waktu takkan memisahkan kita
Kini waktu menertawakanku
sementara aku duduk sendiri
dengan kenangan yang terasa lebih nyata
daripada malam ini
Dan aku
terkunci di antara waktu yang hilang
di mana bayangmu tak lagi pulang
dalam sunyi yang merambat
mengakar kuat
di sepi yang tak bertepi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H