Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Menulis fiksi, film, religi, dan kesehatan. Semua akan dijadikan buku. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menunggu Sore

18 September 2024   23:23 Diperbarui: 19 September 2024   00:00 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini sepulang dari mengantar bungsuku ke sekolah SMA, aku lihat si sulung udah rapi mau berangkat ke kampus baru. Ini hari pertama. Wajar kalo dia semangat banget. Saking semangatnya, disuruh dateng jam delapan, dia jam tujuh udah sampe! Tapi anaknya tetep enjoy. Karena dia masuk ke jurusan yang emang dia boleh kepengen. Cita-citanya mau jadi psikolog. Aku mengantarnya sampe naik ojek dan pergi sambil melambaikan tangan.

Praktis di rumah tinggal aku dan istriku. Rumah jadi terasa lengang. Biasanya ada si sulung yang kuliah online di kampus sebelumnya. Jadi dia ngambil dua kuliah. Satu online, satu offline. Saking sepinya aku sampe bilang ke istri, "Baru ditinggal anak-anak sekolah dan kuliah, rumah rasanya sepi banget. Gimana kalo mereka udah pada nikah?"

Hubungan aku dan dua putriku emang terbilang sangat dekat. Selain berperan sebagai ayah, aku juga bisa menjadi sahabat tempat mereka bebas cerita dan curhat apa saja. Aku bisa menjadi guru tempat mereka bertanya banyak hal. Bahkan aku bisa menjadi pelawak yang selalu siap menghibur mereka kapan aja. Aku ingin menjadi versi terbaik untuk mereka!

Gak terasa waktu berjalan begitu cepat. Rasanya baru kemaren mereka aku timang-timang. Sekarang udah pada gadis, dan istriku sering mengingatkan, "Sebentar lagi anak kita dilamar orang." Kalo ingat itu kayaknya aku belum siap. Aku masih ingin menemani mereka lebih lama lagi sebelum ada pria serius yang datang melamar. Tapi, bukankah sebagai orangtua kita harus menerima kenyataan jika itu benar-benar terjadi?

Ya, tentu aja. Aku pasti akan menyerahkan dua putriku kepada pria terbaik yang akan menjadi pendamping mereka. Tapi sebelum itu, aku ingin menyampaikan pesan terlebih dulu. Tolong jaga putri-putri manisku sebagaimana aku menjaga mereka. Karena sebelum mereka jatuh cinta kepada kalian, akulah yang menjadi cinta pertamanya.

Aku terkenang pesan Nabi yang mengatakan, "Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan di muka bumi."

Tiba-tiba istriku memanggil. Rupanya dia udah siap diantar ke klinik. Dia seorang dokter. Aku pun rapi-rapi sebentar dan siap berangkat. Saat istriku di klinik, tinggal aku sendirian di rumah. Maklum, sebagai penulis head office aku emang di rumah. Tapi kantor cabangnya di mana-mana. Aku bisa nulis di cafe, di rest area, di minimarket.

Sendiri di rumah, daripada suntuk, aku pun mulai menulis. Ketika penat datang, yang tersisa adalah rasa kangen suasana kebersamaan dengan anak dan istri di rumah. Aku adalah orang paling bahagia dengan kepulangan mereka. Aku gak sabar menunggu sore tiba...

Rabu, 18 September

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun