Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Menulis fiksi, film, religi, dan kesehatan. Semua akan dijadikan buku. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seorang Pria Dewasa

17 September 2024   15:29 Diperbarui: 17 September 2024   15:44 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
freepik.com/free-ai-image

Hati kecilnya mulai mengusik. Selama ini, Evan telah menutupi kegelisahannya dengan humor, berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Tapi kini, tak ada lagi tempat untuk bersembunyi. Ia harus menghadapi dirinya sendiri, menerima bahwa ia tertinggal, bahwa ia belum merancang masa depan.

Perlahan-lahan, Evan tersenyum. Bukan senyum lebar yang biasa ia tunjukkan saat bercanda, tapi senyum yang penuh kesadaran. Kesadaran bahwa ia sudah bersedih. Dan, dalam kesedihannya, ia menemukan sesuatu yang baru---kedewasaan.

"Ini mungkin pertama kalinya aku benar-benar sedih," gumamnya lagi. "Dan itu artinya... aku akhirnya dewasa."

Evan bangkit dari kursinya, melihat keluar jendela. Malam itu terasa berbeda. Ia masih sendiri, masih dikelilingi oleh sunyi. Tapi kali ini, ia tidak lagi takut. Ia menerima kesepian itu sebagai bagian dari perjalanannya.

Evan berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan mulai memikirkan masa depan, bahwa ia akan merancang hidupnya dengan lebih serius. Namun, ia tidak akan kehilangan tawa. Ia hanya akan menyeimbangkannya dengan kesedihan yang sesekali datang. Karena, seperti yang ia sadari malam itu, menjadi dewasa bukan berarti berhenti tertawa. Justru, tawa akan lebih bermakna setelah kita tahu bagaimana rasanya bersedih.

Dan, dengan senyum yang lebih tulus daripada sebelumnya, Evan akhirnya menerima bahwa hidup adalah panggung yang berisi komedi dan tragedi. Keduanya harus ia jalani, dan ia siap untuk keduanya.

TAMAT

"Kita tidak menjadi dewasa karena usia, kita dewasa dalam kesadaran." - Byron Katie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun