Eva tertegun, mencoba mencerna kata-kata Ciko. "Kau buang cincin ini ke laut?" Bisikan itu hampir tak terdengar di tengah kepedihan yang masih membayangi pikirannya.
Ciko mengangguk, perasaannya bercampur aduk antara takjub dan tak percaya. "Aku tak pernah memberikannya padamu. Saat aku tahu kau menikah dengan Firman, aku berpikir semuanya sudah selesai, jadi aku membuangnya ke laut."
Eva tersenyum tipis, namun ada air mata yang menggenang di sudut matanya. "Lalu bagaimana cincin ini bisa ada padaku?"
Mereka berdua terdiam, membiarkan pertanyaan itu menggantung tanpa jawaban pasti. Satu hal yang pasti: cincin itu entah bagaimana telah kembali dari kedalaman laut. Mungkin, laut yang sama tempat kapal Eva dan Firman karam.
"Dan cincin Firman?" Eva berbisik, matanya beralih ke laut seolah mencari sesuatu yang tak akan pernah ia temukan.
Ciko menggigit bibirnya, tahu apa yang ingin disampaikan Eva. Cincin Firman, seperti tubuhnya, telah tenggelam ke dasar laut yang gelap dan tak pernah kembali. Tapi entah bagaimana, cincin milik Ciko, lambang cintanya yang tak pernah terucap, justru kembali dan melingkar di jemari Eva. Mungkin, ada hal-hal yang memang tak dapat dijelaskan oleh akal sehat. Cinta, seperti halnya laut, menyimpan rahasia yang hanya bisa dipahami oleh hati.
Dengan lembut, Ciko memandang Eva. "Mungkin, cincin ini memang milikmu sejak awal. Dan mungkin... ada hal-hal yang tidak bisa kita hindari."
Eva hanya bisa mengangguk pelan, merasa cincin itu seolah menjadi simbol dari sesuatu yang lebih besar dari kehidupan mereka. Cinta, meski terombang-ambing dalam badai, akan selalu menemukan jalannya kembali.
TAMAT
"Kau tahu, hakikat cinta adalah melepaskan. Semakin sejati ia, semakin tulus kau melepaskannya. Percayalah, jika memang itu cinta sejati kau, tidak peduli aral melintang, ia akan kembali sendiri padamu." -- Tere Liye
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H