Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Pernah dapat nominasi AMI Awards 2015. 3 bukunya terbit di Gramedia. Penulis semua cerita di comicone.id. Sudah menulis 3 skenario film layar lebar. Tumbal: The Ritual (2018), Jin Khodam (2023), Kamu Harus Mati (coming soon).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kapal Kertas Pembawa Pesan

6 September 2024   15:03 Diperbarui: 6 September 2024   15:08 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tepi sungai kecil yang mengalir tenang melalui kota, ada seorang anak laki-laki bernama Dafa yang selalu duduk setiap sore, melipat kapal-kapal kertas. Usianya baru sebelas tahun, namun di dalam hatinya tersimpan kebijaksanaan yang jarang dimiliki anak seusianya. Setiap kali ia melipat kertas itu menjadi kapal, ia akan menuliskan pesan kecil di atasnya, lalu melepaskannya ke sungai, membiarkannya hanyut mengikuti arus yang membawa pesan-pesan itu ke tempat-tempat yang tak ia ketahui.

Suatu hari, sambil duduk di tepi sungai dengan tangan yang terampil melipat, Dafa menulis di selembar kertas putih dengan tinta biru tua: "Hari ini adalah kesempatan baru. Jangan sia-siakan." Setelah pesannya selesai, ia meletakkannya di atas kapal kertas yang ia buat, lalu dengan lembut melepaskannya ke aliran sungai.

Kapal itu berlayar perlahan, mengikuti arus yang membawanya menjauh dari pandangan Dafa. Ia tersenyum, puas. Ia tidak pernah tahu ke mana kapal-kapal itu pergi, namun ia berharap bahwa suatu hari, pesannya akan menemukan seseorang yang membutuhkannya.

Keesokan harinya, di suatu tempat di pinggiran kota, seorang wanita bernama Ibu Rini duduk termenung di dekat tepi sungai. Beban hidup telah menghimpitnya selama berbulan-bulan---suaminya kehilangan pekerjaan, anaknya sakit, dan hari-hari terasa berat tanpa cahaya harapan. Ia memandangi air sungai yang mengalir dengan pikiran penuh kekalutan, bertanya-tanya kapan penderitaannya akan berakhir.

Saat itulah sebuah benda kecil mengapung mendekat ke arah tempat ia duduk. Sebuah kapal kertas, tampaknya. Ibu Rini mengambil kapal itu dengan hati-hati, dan ketika ia membukanya, matanya terbelalak membaca pesan yang tertulis di atasnya: "Hari ini adalah kesempatan baru. Jangan sia-siakan."

Air mata perlahan mengalir di pipinya. Pesan sederhana itu seakan memberikan dorongan kecil yang sangat ia butuhkan. Dalam kata-kata itu, ada harapan yang sebelumnya terasa mustahil baginya. Ia teringat bahwa hidup, dengan segala bebannya, selalu memberi kesempatan baru setiap hari. Dengan hati yang lebih ringan, Ibu Rini memutuskan untuk pulang dan menguatkan diri. Pesan dari kapal kertas itu telah menyelamatkan harinya, dan mungkin juga hidupnya.

Hari demi hari, Dafa terus mengirimkan kapal-kapal kertasnya. Setiap kali, ia menulis pesan-pesan baru: "Kegagalan adalah guru terbaikmu," atau "Jangan takut bermimpi besar." Pesan-pesan itu tampak sederhana, namun setiap kata dipilih dengan hati-hati oleh Dafa, seolah-olah ia berbicara langsung kepada seseorang yang sedang menunggu di ujung arus.

Suatu sore, di sudut kota lain, seorang pria muda bernama Reza sedang berjalan dengan pikiran kusut. Ia baru saja mengalami kegagalan dalam usahanya yang pertama, dan hatinya dipenuhi oleh rasa kecewa dan putus asa. Ia merasa seolah tak ada gunanya melanjutkan perjuangan. Dengan langkah lunglai, ia berjalan di sepanjang sungai, menghindari pandangan orang-orang yang melintas.

Tiba-tiba, sebuah kapal kertas kecil tersangkut di antara bebatuan di pinggir sungai. Rasa penasaran mendorongnya untuk mengambil kapal itu, dan ketika ia membukanya, ia mendapati pesan di dalamnya: "Kegagalan adalah guru terbaikmu."

Reza menatap kata-kata itu dengan kaget, seolah pesan itu dibuat khusus untuknya. Jantungnya berdegup kencang. Apakah ini sebuah kebetulan? Atau mungkin, ini adalah cara alam semesta mengingatkannya untuk tidak menyerah begitu saja? Pesan itu merasuk dalam dirinya, menyentuh bagian terdalam yang selama ini tertutup oleh rasa takut akan kegagalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun