Industri film Indonesia telah melihat peningkatan yang signifikan dalam produksi film-film daerah yang berhasil meraih sukses di pasaran. Film-film seperti Yowis Ben dan Ngeri-Ngeri Sedap adalah contoh nyata dari kekuatan film daerah yang tidak hanya menarik penonton lokal, tetapi juga mencuri perhatian secara nasional.
Yowis Ben (2018) adalah film komedi musikal yang menceritakan perjuangan sekelompok anak muda dari Malang yang membentuk band demi memenangkan hati gadis-gadis yang mereka cintai. Film ini disutradarai oleh Fajar Nugros dan Bayu Skak. Pemeran utamanya Bayu Skak, Joshua Suherman, Brandon Salim, dan Cut Meyriska
Ngeri-Ngeri Sedap (2022) bercerita tentang keluarga Batak yang terpecah belah karena perbedaan pandangan antara orang tua dan anak-anak mereka yang merantau. Disutradarai oleh Bene Dion Rajagukguk dengan pemeran utama Tika Panggabean, Arswendy Bening Swara, Boris Bokir, Gita Bhebita Butar-butar.
Setidaknya ada empat kekuatan film yang menjadikan bahasa daerah sebagai dialognya. Pertama, keaslian budaya dan bahasa. Yowis Ben menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa utama dalam dialog. Film ini berhasil menangkap nuansa lokal yang otentik. Keaslian ini memberikan daya tarik tersendiri bagi penonton Jawa dan menarik rasa penasaran penonton dari luar Jawa. Adapun Ngeri-Ngeri Sedap mengeksplorasi budaya Batak dengan mendalam, termasuk penggunaan bahasa Batak dalam dialog. Hal ini tidak hanya membuat film ini otentik, tetapi juga edukatif bagi penonton yang kurang familiar dengan budaya Batak.
Kedua, cerita yang dekat dengan hehidupan sehari-hari. Yowis Ben mengangkat tema perjuangan anak muda dalam mengejar impian dan cinta. Film ini berhasil menggambarkan kehidupan sehari-hari dengan humor yang mengena. Sedangkan Ngeri-Ngeri Sedap menggambarkan konflik keluarga yang umum terjadi di masyarakat Batak. Film ini menyentuh hati banyak penonton dengan cerita yang dekat dengan kehidupan mereka.
Ketiga, representasi dan identitas lokal. Sebagai film yang mewakili budaya Jawa Timur, Yowis Ben memberikan representasi yang jarang terlihat di layar lebar nasional, menjadikan film ini sebagai simbol kebanggaan lokal. Film Ngeri-Ngeri Sedap memberikan representasi positif bagi masyarakat Batak dan mengangkat isu-isu yang relevan bagi komunitas tersebut, memperkuat identitas dan kebanggaan budaya.
Keempat, penggunaan humor lokal. Humor yang digunakan dalam Yowis Ben sangat kental dengan budaya Jawa. Mulai dari dialek hingga lelucon sehari-hari, membuatnya sangat relatable dan mengundang tawa penonton lokal. Humor dalam Ngeri-Ngeri Sedap berasal dari kehidupan sehari-hari masyarakat Batak, dengan lelucon yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang mengenal budaya tersebut, namun tetap menarik bagi penonton luas karena universalitas tema keluarga.
Film Yowis Ben sukses menarik lebih dari 935 ribu penonton di bioskop. Kesuksesan film pertama diikuti oleh sekuel, Yowis Ben 2 (2019) dan Yowis Ben 3 (2021), yang juga meraih popularitas tinggi. Film ini mendapatkan beberapa nominasi di ajang penghargaan film nasional, menunjukkan pengakuan atas kualitas produksi dan cerita.
Ngeri-Ngeri Sedap berhasil meraih lebih dari 2,8 juta penonton di bioskop, menjadikannya salah satu film Indonesia terlaris tahun 2022. Film ini mendapatkan nominasi untuk berbagai kategori di Festival Film Indonesia 2022, termasuk Film Terbaik dan Sutradara Terbaik. Ngeri-Ngeri Sedap mendapatkan ulasan positif dari kritikus dan penonton, yang memuji kedalaman cerita dan keotentikan budaya yang disajikan.
Kesuksesan Yowis Ben dan Ngeri-Ngeri Sedap menunjukkan bahwa film daerah memiliki potensi besar untuk menarik penonton luas. Keberhasilan film-film ini membuktikan bahwa penonton Indonesia menghargai keragaman budaya dan cerita yang mencerminkan identitas lokal mereka.