Mohon tunggu...
ahmad muzoffar
ahmad muzoffar Mohon Tunggu... -

saat ini saya sedang belajar di PKnH FIS UNY

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bangsa Indonesia Tamakkah?

11 Mei 2013   16:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:44 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alam-Sosial

Hutan di Indonesia adalah salah satu hutan tropis yang paling luas di dunia, tepatnya ketiga setelah Brazil dan Kongo. Pada tahun 2000, FWI mencatat luas hutan tropis di Indonesia sekitar 98 juta hektar. Hutan tropis di Indonesia berperan penting bagi pencegahan perubahan iklim di dunia. Tidak hanya itu, hutan tropis di Indonesia juga menjadi rumah bagi sebagian besar spesies binatang dan tanaman yang hidup di dunia. Bahkan, hutan tropis di Indonesia menjadi satu-satunya hutan di Asia yang menjadi populasi orangutan.

Luas hutan tropis di Indonesia tidak diimbangi dengan rasa syukur kepada Sang Pencipta alam semesta oleh bangsanya. Hal ini dapat dilihat dari pengalihan fungsi hutan menjadi kebun kelapa sawit yang tak terkontrol, penggundulan hutan yang menjadi populasi orangutan, spesies binatang dan tanaman lainnya tanpa reboisasi serta membangun permukiman. Tak ayal ketika hutan yang menjadi rumah bagi berbagai spesies binatang ini telah gundul, mereka mencari-cari tempat tinggalnya dan menemukan permukiman manusia. Ironisnya, ketika orangutan datang ke permukiman mencari tempat tinggalnya yang telah gundul, binatang-binatang ini dianggap sebagai perusak lahan dan binatang pengganggu. Berbagai macam cara telah dilakukan oleh manusia untuk menewaskan binatang ini adalah dengan membakarnya hidup-hidup, menembak, dan menyembelihnya.

Selain itu, ekosistem di persawahan yang idealnya terdiri dari padi-padi, ular, tikus, dan elang pun tidak luput menjadi sasaran ketamakkan bangsa ini. Ular diburu untuk dijual kulitnya dan beberapa dikonsumsi. Sehingga yang menjadi pemakan tikus di sawah telah hilang. Akibatnya, tikus-tikus menjadi tambah banyak dan menjangkau permukiman penduduk. Untuk mengatasi tikus-tikus yang terus berkembang biak (mungkin) memunculkan niat jahat manusia untuk memburu tikus dan menkonsumsinya (korban).

Politik

Setelah rezim orde baru yang dipimpin oleh Soeharto berguling pada tahun 1998 (era reformasi), bangsa Indonesia menuntut demokratisasi di berbagai bidang, salah satunya adalah dibidang pemerintahan. Namun, reformasi yang terjadi telah melahirkan politisi-politisi yang oportunis. Akibatnya, berbagai macam cara mereka lakukan demi mendapatkan kekuasaan. Hal yang lumrah terjadi dan seakan-akan tidak ada yang mengetahuinya adalah jalan money politic yang kian merebak dalam dinamika politik di Indonesia. Disamping itu, partai-partai politik saat ini nampaknya krisis kepercayaan diri. Mereka lebih memilih jalan mencalonkan artis yang sudah populer daripada mencalonkan kadernya dan hal ini belum tentu mempertimbangkan kapabilitasnya.

Lantas, apakah bangsa Indonesia mengarah pada ketamakkan?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun