Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yang Harus Dihindari agar Bisa Tetap Menjadi Orang Baik

16 Juli 2015   03:01 Diperbarui: 16 Juli 2015   03:01 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak cara untuk menjadi The Best Damn Thing. Beberapa di antaranya hanya perlu menggunakan jari dan sedikit kata-kata, yang ada baiknya kita ingat ulang agar terhindar dari melakukannya.

#

“Lo yang salah...!!!” ucap Bay menunjuk kuman di seberang lautan, sambil diam-diam berharap dengan cara itu gajah di pelupuk mata jadi tak kentara, menghasut dan menjebak Bay untuk berbicara tentang adab, etika dan kesopanan... sambil telanjang.

#

“Sampolu bademu tenaku melar...!” yang langsung saja membuat Bay ‘penyak-penyok’ di kepruk lima orang –dengan bambu di salah satu mereka- beberapa waktu yang lalu saat Bay singgah di pinggir Jakarta.

Ketika parang dan golok mulai berdatangan, saat itulah yang paling tepat untuk mengakhiri ‘olahraga fisik’ yang tak pernah melibatkan pihak asuransi tersebut.

Jantankah...? Barangkali sudah saatnya menyelesaikan semua masalah dengan cara yang lebih betina.

#

“Ssstt...! Saat lo belom lahir, gue udeh mahir...” bungkam Bay dengan gaya sengak, tak peduli meski kenyataan berulang kali membuktikan bahwa ada duluan bukan jaminan untuk menjadi yang terdepan. Terutama saat ada yang dimaksud tak banyak berbeda dengan tiadanya, yang semakin diperparah lagi dengan keberadaan yang cuma seperti antara ada dan tiada. Hadir, hanya untuk sekedar mondar-mandir memasung pikir dengan satir tanpa akhir, sambil sesekali bersikap nyinyir seakan semua yang zahir tak lebih hanya takdir yang getir.

#

“Hidung Lo terlalu panjang, Bay...” menjadikan Bay terus saja membaui segala macam urusan yang tak mesti menjadi beban dan tanggung jawabnya. Menyangga dunia dengan pundak rapuhnya, tanpa sedikitpun ingat dengan dunianya sendiri yang kian kusam dan pecah-pecah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun