Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Titian Pelangi (Serial Mentari Episode ke-2)

26 Juni 2015   19:02 Diperbarui: 7 Juli 2015   06:12 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Aku adalah Mentari…!!!”

“Aaaahh…!!!”

Tiga kali sudah aku berteriak-teriak di sini, pada salah satu tepian laut Muara Baru. Kutatapi laut yang ada di depanku. Alangkah indahnya! Bahkan debur ombak dan angin yang mendesaupun menjelma orkestra di telingaku. Ah, siapa bilang Tuhan bukan seniman?

Ada perasaan lega yang besar setiap kali aku selesai berteriak. Perasaan lega yang berbaur dengan ketenangan. Perasaan lega yang sangat besar, bahkan mungkin lebih besar dan luas dibanding makhluk cair yang terhampar di hadapanku ini.

Kadang aku tak habis pikir mengapa bisa mempunyai kebiasaan yang begitu aneh dan terkesan bodoh ini, berteriak-teriak kepada laut. Bukankah laut benda mati? Yang tak dapat melakukan sesuatupun yang bisa mempengaruhi kehidupanku? Bahkan ia tak pernah membalas teriakanku, walau sekali.

Tapi adakah sesuatu yang bodoh jika itu menyangkut emosi?

Dalam diam yang panjang kutantang laut, dan laut memberiku pukulan telak di hidung. Perih juga asin, lewat angin. Bergeliat-geliat anganku menggelegak. Resah, liar, kembara panjang…

Twilight zone! Alhamdulillaa…h! Yihaa…!” kulempar koran ke udara. Dadaku bergemuruh. Senang sekaligus haru. Sementara penjual koran di depanku cuma bisa heran melihat tingkahku yang ajaib.

“Dek, ada apaan, sih? Kelihatannya gembira amat. Menang undian, ya?” masih dengan heran penjual koran itu bertanya.

“Hehe… Bukan, Bang,” jawabku sambil memungut koran yang tadi kulempar. “Yang ini lebih spesial, Bang. Tahu enggak, emmh… saya lulus SPMB, Bang! Nih, lihat…! Nama saya ada di sini…!” lanjutku sambil menunjuk pada lembar yang kupegang.

“Wah… selamat, yah,” penjual koran itu ikut antusias dan menyalamiku, sebelum melanjutkan lagi kalimatnya. “Eh, tapi… SPMB itu apa, sih?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun