Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Legenda Pedang Tetesan Air Mata

21 September 2015   22:19 Diperbarui: 21 September 2015   22:19 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Terima kasih kepada Kompasianer MJK Riau atas masukannya di cerita silat episode sebelumnya, tentang bahaya memasukkan politik secara berlebihan ke dalam cerita silat…^_)

***

Tak ada yang lebih mendebarkan dibandingkan pengalaman pertama, sejak mulai masuk TK hingga malam pertama pengantin baru.

Begitu juga yang dirasakan Hanna Chandra. Inilah pertama kalinya dia akan mempraktekkan kepandaian Camar Menari Diantara Tiang Sampan ajaran kakeknya dari ketinggian 17.000 meter di udara.

Dan di sinilah Hanna Chandra berada sekarang, di depan pintu Sukhoi yang hanya boleh dibuka dalam tempo yang tak lebih dari satu per sekian ratus detik saja. Sebab jika lebih lama dari itu, dia tak dapat membayangkan apa yang akan menimpa pesawat tempur yang ditumpanginya ini.

Hanna Chandra menganguk perlahan pada pilot yang mengacungkan jempol kepadanya.

Tanpan juga nih pilot, sayang hidungnya terlalu pesek, bathin Hanna Chandra sempat-sempatnya mengumbar perasaan, sesaat sebelum tubuhnya melayang di angkasa.

Masih seperti pengalaman malam pertama kebanyakan orang, kengerian yang Hanna Chandra rasakan sebelum meluncur di udara tadi perlahan menguap, dan berganti dengan kenikmatan yang sangat buah sensasi lain yang menerpanya kini. Tak terlukiskan!

Walau agak aneh, tapi Hanna Chandra benar-benar merasakan dirinya bergelayut manja dibawah tali-temali payung terjunnya, dengan hembusan angin yang genit meraba setiap pori yang ada di atas kulit tubuhnya. Belum lagi pemandangan super indah dengan begitu banyak bentuk yang mirip jajaran pegunungan, lembah juga kumpulan hijau serupa permadani yang kian waktu kian membesar dan memperlihatkan bentuk nyatanya sebagai pepohonan hutan.

Syuuutttt…! Hup.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun