(Terima kasih kepada Kompasianer MJK Riau atas masukannya di cerita silat episode sebelumnya, tentang bahaya memasukkan politik secara berlebihan ke dalam cerita silat…^_)
***
Tak ada yang lebih mendebarkan dibandingkan pengalaman pertama, sejak mulai masuk TK hingga malam pertama pengantin baru.
Begitu juga yang dirasakan Hanna Chandra. Inilah pertama kalinya dia akan mempraktekkan kepandaian Camar Menari Diantara Tiang Sampan ajaran kakeknya dari ketinggian 17.000 meter di udara.
Dan di sinilah Hanna Chandra berada sekarang, di depan pintu Sukhoi yang hanya boleh dibuka dalam tempo yang tak lebih dari satu per sekian ratus detik saja. Sebab jika lebih lama dari itu, dia tak dapat membayangkan apa yang akan menimpa pesawat tempur yang ditumpanginya ini.
Hanna Chandra menganguk perlahan pada pilot yang mengacungkan jempol kepadanya.
Tanpan juga nih pilot, sayang hidungnya terlalu pesek, bathin Hanna Chandra sempat-sempatnya mengumbar perasaan, sesaat sebelum tubuhnya melayang di angkasa.
Masih seperti pengalaman malam pertama kebanyakan orang, kengerian yang Hanna Chandra rasakan sebelum meluncur di udara tadi perlahan menguap, dan berganti dengan kenikmatan yang sangat buah sensasi lain yang menerpanya kini. Tak terlukiskan!
Walau agak aneh, tapi Hanna Chandra benar-benar merasakan dirinya bergelayut manja dibawah tali-temali payung terjunnya, dengan hembusan angin yang genit meraba setiap pori yang ada di atas kulit tubuhnya. Belum lagi pemandangan super indah dengan begitu banyak bentuk yang mirip jajaran pegunungan, lembah juga kumpulan hijau serupa permadani yang kian waktu kian membesar dan memperlihatkan bentuk nyatanya sebagai pepohonan hutan.
Syuuutttt…! Hup.
***