Ahmad Maulana S, No. 03.
telah kuberi aku punya jiwa, tapi
tak ada yang kuberi
karena ternyata
aku tak punya cinta*)
“Kau tidak apa-apa, Gie?” tanya Ran dengan amat hati-hati.
Kugoyangkan kepala mengusir sisa berat yang menggelayut. Sepertinya Ran telah membawaku ke kantor, yang memang berjarak tak terlalu jauh dari apartemen Rhein. Dan dari isyarat tangannya, aku mengerti bahwa kami masuk kantor melalui jalur rahasia, yang bahkan tidak seluruh sekuriti kantor mengetahuinya.
“Harusnya kau tak perlu melakukan semua ini, Gie…” sesal Ran, yang langsung kupotong dengan gelengan kepala.
“Kau orang yang paling tahu bagaimana dan untuk siapa aku bisa berhasil memiliki semua ini, Ran. Dan relakah kau, jika setelah semua yang telah kulakukan dengan amat berdarah-darah ini, seumur hidup aku harus tinggal bersama serta berpura-pura mencintai perempuan yang sama sekali tidak kukenal?”
Sesaat Ran terlihat ragu, sebelum akhirnya hanya bisa mengangguk pasrah.
“Panggil Nina ke ruangan, Ran, ada yang perlu kita bahas secara tuntas hari ini juga,” ucapku dengan suara yang terdengar begitu lelah.
***