Kesunyian merezim. Tapi kesunyian yang anehnya membawa begitu banyak damai di hati Bay. Kesunyian yang entah mengapa membuat titik tertentu di bagian dadanya terasa plong.
“Bagaimana, Bay, kau merasa ada yang aneh dengan tantiam di antara ginjal dan hati?” tanya Na setelah beberapa waktu berlalu dalam diam.
Bay mengangguk heran. “Bagaimana kau bisa mengetahuinya?”
Tapi bukannya memjawab, Na justru mengajak Bay kembali duduk, dan bertanya tentang tema yang sama sekali tak ada hubungannya.
“Kau pernah mendengar tentang kopi peram?”
Bay menggeleng.
Na meneguk sedikit isi buli-buli dan mengangsurkannya kepada Bay.
“Cobalah… manfaatnya amat besar bagi kesehatan bathin,”
“Ini bukan berisi tuak?” Bay masih ragu, sementara Na hanya mengangguk sambil tersenyum.
Bay membuka tutup buli-buli dan meneguknya sedikit. Tapi begitu isi buli-buli mengalir di kerongkongan, sontak Bay menenggaknya dengan amat bernafsu.
“Ahhh… Kopi yang amat segarrr…!!!” teriak Bay bersemangat seraya menjilati tetes yang membasah di bibirnya. Sementara Na hanya tersenyum melihat lagak Bay yang agak lebay.