Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Menari di Gerimis Pedang

26 September 2015   22:26 Diperbarui: 26 September 2015   22:26 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tring! Blug!

Bay kembali terlempar. Tapi dia bersyukur tak kurang suatu apapun juga, karena beberapa saat sebelum ajal mengundang, pedang Na menebas tangan yang nyaris mencengkeramnya itu, yang ternyata terbuat dari sejenis logam.

Bay tak bisa lebih lama mengempos, karena dilihatnya Na keteteran melayani jurus-jurus aneh dari Si Rambut Perak itu.

Dengan satu lompatan besar, Bay kembali terjun ke dalam pertarungan, dan menyerang dengan jurus Mobil Listrik Mengapa Bisa Tak Lulus Uji Emisi, berbarengan dengan serangan Na menggunakan gerakan Dari Hujan Ke Hujan Kita Menggigil Bersama.

Tapi walaupun sudah mengeroyok Si Rambut Perak, Bay dan Na tetap saja sukar melawan. Berkali-kali mereka berganti serangan, semuanya kandas di tengah jalan, membuat mereka terdesak ke dinding tebing gua tempat tinggal Na.

Si Rambut Perak kembali menyerang. Kali ini serangannya bukan olah-olah hebatnya. Agaknya ingin menamatkan riwayat mereka berdua seketika itu juga.

Bay memandang Na dengan sedih, merasa bahwa inilah terakhir kali dia bisa melihat nona cantik yang telah menolongnya itu.

“Jangan menyerah dulu, Bay. Kau tahan pukulan tangan kanannya dengan sekuat tenaga, sementara aku akan coba untuk mengutungi yang kiri,” bisik Na dengan tatap mata yang mengandung arti mendalam.

Melihat tatap yang seperti itu, entah dari mana datangnya Bay merasa ada sebuah kekuatan yang memantik semangatnya hingga menjadi amat berkobar.

“Baik. Kita serang berbarengan pada hitungan yang ketiga,” bisik Bay.

“Tiga…!!!” teriak Bay langsung ke hitungan yang disepakati, membuat Na merasa ingin tertawa sekaligus menangis, sebab orang gila mana yang di saat segenting ini masih sempat bercanda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun