Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dalam Gelimang Air Mata, Kulebur Semua Dosa

9 Agustus 2015   08:42 Diperbarui: 9 Agustus 2015   08:42 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

malam kian larut

mencair

bersama sejuta bayang dan angan

hanya: bercak hitam yang tersisa

puing dari masa lalu

yang tak jua hendak pergi

 

malam keseribu

dengan cuaca yang tak jauh beda

langitku masih pucat

bersama sinar bintang yang tak hendak

kemilau

 

malam keseribu sejak

aku melangkahkan kaki-kaki perjuangan sejak

kita tancapkan ikrar

pada jagad kehidupan

tanpa batas, ruang dan waktu

 

malam ke seribu bersama

sorot mata yang kian sendu bersama

hidup yang tak pernah jadi guru bersama

bayangmu yang terus mengganggu

 

malam ke seribu bersama semua yang telah

berlalu

ketika kita

ciptakan dunia semu tanpa ragu, penuh mimpi

sejuta keindahan kita sisipkan, sejuta asa

juga cinta

 

seperti lubang hitam pada angkasa

seperti gula dalam empedu

kala kebenaran merenggut kita

dan semua tak lagi sama

 

saat itu kita masih bunga

masih embun masih

pelangi masih

mata air pertiwi yang belum terjamah dunia

 

belum menjelma air mata

belum luka yang menganga

belum

tangis ngarai yang beku dalam keanggunan

 

malam keseribu bersama simfoni

yang tidak lagi biru

kenyataan semendung air mukaku

mengalirkan hujan deras

dari dua belah jendela hati

yang semakin rabun

menyisakan hanya hitam

hanya sunyi hanya duka

pengisi hari demi hari

 

malam keseribu

ketika khayalan tentang hidup

menjadikanku hidup dalam lamunan

 

kenyataan tak hendak berdamai

kenyataan tak hendak tersenyum

kenyataan

tak hendak menghampiriku dengan rengkuhan mesra

 

kuciptakan dunia baru

menantang dan menentang semua

ayat kemapanan dunia

taqdir dan dogma

dan detak waktu menamparku

melempar dosa dan putus asa

 

jiwaku terjerembab, tersungkur

menyisakan pahit yang pekat

 

dalam putus asa kumenggapai, mencoba bangkit

untuk kemudian

terperosok lebih dalam, lebih hina

 

lembut angin pagi, membuai

mengusap tubuhku yang penuh luka

 

dalam perih asaku yang semakin getir

kulihat cahaya terang-benderang

dari gunung dari langit dari

laut, dari atap rumahku

 

silau, kupejamkan mata

selaksa petir menyambar jiwaku

menggugah semangat dan kesadaran

 

cahaya itu

ada dalam diriku

adalah diriku

semakin terang

dan terang

terus berkilau dengan sejuta pendar

warna-warni

yang sangat indah

 

dalam keheranan

tubuhku beku tanpa salju

diam

melebihi patung

dan tiba-tiba kesejukan membanjiri

telingaku kuyup oleh keindahan

berbait-bait seruan suci

 

bergegas kubangkit dari tempat

menjemput hidayah

dengan dekap yang sangat erat

tak ingin kehilangan lagi

 

kubasuh muka dengan wudhu

kuperbaiki sujudku

yang telah lama tanpa ruh

 

dalam gelimang air mata

kulebur semua dosa

habis terkikis tanpa sisa

menguap

bersama salam yang terucap

 

matahari telah menampakkan bentuk sempurnanya, -Nya

ketika dengan bismillah

kembali kumelangkah

mencari kebenaran

diiringi riuh

kicau burung yang bertasbih tanpa jenuh mengagungkan

pencipta-Nya

waktu demi waktu

 

tanpa menoleh kutersenyum sendu

mengingat jejak dosa yang tertinggal

yang akan terus mengikuti, dan

membayangi setiap langkah

 

dalam malu kuberdoa, berbisik lirih

izinkan aku mencicipi rahmat -Mu

dan senyum terakhir penghias bibirku

adalah ridha -Mu

 

 

Secangkir Kopi ‘Tinta Kepedihan: Ketika Cinta Tak Lagi Sekedar Peluk dan Cium’, Thorn Village-7 Mei 2000

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun