ini hujan, ucapku
seraya memetik sebutir hujan
yang sebelumnya terperangkap di daun kenangan
yang setelah kubingkai dengan koran
memukaumu dengan hujan yang paling kilau
...
Â
Tapi miripkah dengan definisi Si Bunda yang katanya cuma ‘tuturan kata’? Lebih mendekati. Karena memang masih kental dengan sifat bertutur alias bercerita. Penulis yang jadi tukang obat, dengan pembacanya yang dipaksa untuk ‘hanya berjalan’ sesuai dengan ‘titip pesan’ yang ingin disampaikan penulis.
Bagaimana dengan diksinya? Saya pikir pilihan kata yang digunakan amat biasa. Saking biasanya hingga seringkali kita temui dalam perbincangan sehari-hari.
Lalu, kenapa masih ada kompasianer yang merasa agak kesulitan memaknainya?
Saya jadi teingat fragmen yang ada di serial buku ‘Kambing Jantan’-nya Raditya Dika, yang bertanya kenapa ada orang yang menyukai makanan Kupang khas Kota Malang padahal rasanya menjijikan. Kenapa ada yang menggilai durian sementara yang lainnya mabuk hanya mencium baunya. Juga pertanyaan pribadi tentang kenapa saya sukar untuk membaca artikel tentang bola dan teknologi, padahal artikelnya bagus, menarik, menawan serta entah nilai jempol apa lagi yang harus diberikan kepada pembuatnya.