Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Even Fiksi Kompasiana dan Beberapa Kesalah-pahaman tentang Fiksi

20 Juli 2015   01:50 Diperbarui: 20 Juli 2015   01:50 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ini hujan, ucapku

seraya memetik sebutir hujan

yang sebelumnya terperangkap di daun kenangan

yang setelah kubingkai dengan koran

memukaumu dengan hujan yang paling kilau

...

 

Tapi miripkah dengan definisi Si Bunda yang katanya cuma ‘tuturan kata’? Lebih mendekati. Karena memang masih kental dengan sifat bertutur alias bercerita. Penulis yang jadi tukang obat, dengan pembacanya yang dipaksa untuk ‘hanya berjalan’ sesuai dengan ‘titip pesan’ yang ingin disampaikan penulis.

Bagaimana dengan diksinya? Saya pikir pilihan kata yang digunakan amat biasa. Saking biasanya hingga seringkali kita temui dalam perbincangan sehari-hari.

Lalu, kenapa masih ada kompasianer yang merasa agak kesulitan memaknainya?

Saya jadi teingat fragmen yang ada di serial buku ‘Kambing Jantan’-nya Raditya Dika, yang bertanya kenapa ada orang yang menyukai makanan Kupang khas Kota Malang padahal rasanya menjijikan. Kenapa ada yang menggilai durian sementara yang lainnya mabuk hanya mencium baunya. Juga pertanyaan pribadi tentang kenapa saya sukar untuk membaca artikel tentang bola dan teknologi, padahal artikelnya bagus, menarik, menawan serta entah nilai jempol apa lagi yang harus diberikan kepada pembuatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun