Dalam seni pertunjukan teater kita mengenal istilah komedi yang kalau boleh saya istilahkan lucu, hal yang lucu adalah komedi dan komedi itulah kelucuan. pertunjukan komedi ternyata tidak hanya menjadi milik para dramawan, sastrawan dan seniman tetapi milik semua bahkan yang selalu hidup dalam kenyataan, yang katanya seniman lebih banyak hidup dalam ketidaknyataan atau imaji.
Menurut dramawan yang sudah tua, maaf tidak mau disebut namanya, Kelucuan yang paling puncak ialah kesedihan, kegetiran dan sebuah paradoks fakta. dan itu terjadi kembali.
saat terjadi perdebatan dan adu argumen dari para narasumber tentang dana aspirasi DPR menambah banyak hal-hal lucu tapi tidak lucu.
Lucu karena sudah semakin pintarnya DPR maka semakin bodohnya mereka dengan berusaha menipu rakyat dengan dalih undang-undang melegalkan.
Lucu karena dalam upaya memperbaiki citra DPR yang lumayan amburadul mereka berusaha menghancurkan itu.
Lucu karena ditengah berbagai cara dilakukan untuk menghentikan bahaya laten korupsi mereka malah mencari celah untuk korupsi. dan banyak lagi..
kemudian menjadi sangat, saya bilang sangat karena memang bagi saya sudah keterlaluan, menjadi sangat tidak lucu adalah karena rakyat dan seluruh masyarakat yang banyak tidak mengerti dengan berbagai logika dan argumen mereka meresponnya dengan kemarahan, merespon dengan ketidakmengertian dan kernyitan dan berkata:"ah, yang bener saja?"
tidak lucu karena masyarakat lebih pintar dan tidak mau tahu denganhal-hal yang njlimet dan susah dimengerti.
mungkin karena gaya komedi para anggota DPR komedi yang belum familier bagi masyarakat?
atau karena sebenarnya bener-bener tidak lucu?
yang salah siapa? ketidakmengertian kami atau kebodohan mereka?