Mohon tunggu...
Ahmad Kindi
Ahmad Kindi Mohon Tunggu... -

Master of Writing Revolution System

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ingatlah, Antara Mengajar dengan Mengingatkan Itu Beda.

14 April 2013   15:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:12 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mengajar merupakan aktifitas yang umumnya dilakukan tenaga pengajar, apakah itu guru, dosen, dan sebagainya. Sedangkan mengingatkan bisa dilakukan siapa saja. Sayangnya, ketika menyampaikan materi di depan kelas, terkadang para tenaga pengajar tersebut merasa sedang mengajar padahal yang dilakukannya adalah mengingatkan.

Benarkah?

Mari kita diskusikan.

Pertama, kita pasti sudah tahu pengertian dasar mengajar. Banyak sekali keterangan mengenai pengertian mengajar. Namun pengertian yang paling mendasar yaitu usaha mengubah keadaan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu. Ini ditegaskan Allah SWT dalam firmanNya di surat Al ‘Alaq ayat 5 yang artinya “Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Sedangkan mengingatkan adalah usaha untuk membuat seseorang mengingat. Artinya orang itu sudah mengetahui sebelumnya hanya saja ia lupa. Atau dengan kata lain mengubah keadaan seseorang dari tahu menjadi semakin tahu.

Jadi, perbedaan antara Mengajar dengan Mengingatkan itu terletak pada objek penerimanya. Jika si objek sebelumnya tidak tahu maka usaha itu disebut mengajar. Sebaliknya, jika si objek sebelumnya sudah mengetahui maka usaha itu disebut mengingatkan.

Mengajar = usaha mengubah dari tidak tahu menjadi tahu

Mengingatkan = usaha mengubah dari tahu menjadi semakin tahu.

Sekarang apa masalahnya?

Masalahnya adalah ketika guru berusaha mengajar peserta didiknya yang sudah tahu. Kondisi ini seringnya membuat suasana belajar tidak harmonis. Peserta didik yang sudah mengetahui akan merasa “Ah, itu mah gua dah tahu.” (mental block). Jadi sebaiknya,s ebelum memulai materinya, sang guru menggali kondisi peserta didiknya terlebih dahulu dengan cara menanyakan apakah diantara peserta didik sudah ada yang mengetahui tentang materi yang akan diajarkan.

Kita contohkan dengan sebuah kasus.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Suatu pagi, seorang guru mata pelajaran Geografi hendak memulai kelasnya. Ia pun berkata, “Anak-anak, hari ini kita akan membahas tentang Pencitraan. Adakah di antara kalian yang mengetahui apa itu Pencitraan.

Amir mengangkat tangan. “Saya tahu Bu.” Ucapnya.

“Bagus Amir. Dari mana kamu mengetahuinya?” Tanya sang guru.

“Saya baca di perpustakaan, Bu.” Jawab Amir.

“Bagus sekali. Adakah lagi diantara kalian yang mengetahui apa itu Pencitraan?”

Tidak ada lagi yang menunjuk tangan. Sang guru pun melanjutkan, “Amir, coba kamu ceritakan apa yagn kamu ketahui tentang Pencitraan!”

Amir pun menjelaskan apa yang ia ketahui. Dan selanjutnya kelas berjalan dengan penuh semangat. Peserta didik yang lain aktif bertanya. Mereka saling berdiskusi hingga tidak terasa waktu pelajaran sudah usai. Sebelum meninggalkan kelas, Bu guru berpesan, “Anak-anak, minggu depan kita akan membahas tentang Biosfer.

Pada minggu selanjutnya apa yang terjadi?

Sebelum memulai kelasnya sang guru kembali menanyakan, “Anak-anak, siapa diantara kalian yang sudah mengetahu tentang Biosfer?”

Coba Anda tebak, berapa anak yang mengangkat tangan?

Hampir separuh kelas mengangkat tangan. Mereka mengaku ada yang mengetahui dari perpustakaan, dari internet, dan sebagainya.

Minggu selanjutnya hampir seluruh kelas mengangkat tangan. Dan kegiatan belajar semakin harmonis.

Namun ada seorang anak yang selalu tersenyum setiap mendengaar sang guru bertanya, "Anak-anak, siapa yang sudah tahu..."

Hingga akhirnya suatu hari sang guru pun penasaran dan menanyakan kepada anak tersebut, "Nak, kok setiap Ibu menanyakan 'siapa yang sudah tahu' kamu pasti tersenyum? Apa ada yang lucu?"

Anak itu menjawab, "Bukan begitu Bu. Setiap mendengar Ibu bertanya seperti itu saya terharu. Menurut saya itu kata-kata paling bijak yang saya dengar selama saya sekolah di sini."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ingatlah, caranya sangat sederhana, yaitu dengan bertanya.

Jika pun Anda lupa untuk bertanya sebelum memulai kelas, ada satu cara lagi yang bisa Anda lakukan untuk menghancurkan mental block yaitu dengan menggunakan kata “Ingatlah”.

Jika Anda lupa bertanya, sementara ada peserta didik yang merasa sudah mengetahui materi yang akan Anda sampaikan, ucapkanlah kata “ingatlah”. “Anak-anak, ingatlah kembali bahwa pencitraan itu adalah….”, “Ingatlah, bahwa yang dimaksud biosfer adalah….”.

Kata “ingatlah” bisa mencegah ‘mental block’

Allah SWT berfirman dalam ayat-ayatNya;

“Ingatlah ketika Rabb kamu berfirman kepada Malaikat… (Q.S 2:30)

“Ingatlah ketika Yusuf berkata kepada ayahnya… (Q.S 12:4)

Jadi, ingatlah.. antara mengajar dengan mengingatkan itu beda, dan hasilnya juga bisa jauh berbeda.

Ingatlah itu ^_^

Ahmad Kindi

Master of WRITING REVOLUTION

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun