Pada artikel sebelumnya saya membahas tentang Rahasia Menulis 1 Buku Dalam 1 Jam (yang sudah kena hapus admin kompasiana). Membahas tentang sebuah metode yang belum pernah diajarkan siapa pun sebelumnya.
Kali ini saya ingin mengajak para guru untuk sering-sering bertamasya ke taman surga.
Pertama, mari kita membahas tentang Nabi Musa. Sebagai seorang Nabi beliau laksana seorang guru besar yang senantiasa mengajarkan ilmu kepada umatnya.
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan, “Ketika Musa di tengah pembesar Bani Israil, datang seseorang yang bertanya: apakah kamu mengetahui ada orang yang lebih pandai darimu? Berkata Musa 'Alaihis salam: “Tidak”. Maka Allah Ta'ala mewahyukan kepada Musa 'Alaihis salam: “Ada, yaitu hamba Kami bernama Khidir. Maka Musa 'Alaihis salam meminta jalan untuk bertemu dengannya.
Akhirnya Nabi Musa ‘Alaihis salam bertemu dengan Khidir untuk meminta diajarkan ilmu sebagaimana yang diterangkan dalam Al Quran surat Al Kahfi ayat 60 sampai 82.
Sekarang rtanyaannya adalah, adakah semangat Nabi Musa ‘Alaihis salam dalam mencari ilmu tersebut ada pada diri kita?
“Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kamu dan juga orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan hingga beberapa derajat.” ( QS. Al-Mujadalah:11)
Sampai di sini yang perlu kita garis-bawahi adalah bahwa seorang guru besar sekaliber Nabi Musa saja masih mau berguru lagi kepada orang lain. Maka sudah sewajarnya-siapa pun-kita untuk terus belajar dan belajar lagi, meningkatkan pengetahuan kita.
Karena kenyataannya bahwa kebanyakan kita, terutama para guru, enggan untuk meningkatkan kualitas keilmuan. Entah apa karena sudah menjadi guru kemudian merasa tidak perlu belajar lagi. Atau apa pun penyebabnya, sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mau belajar, belajar dan belajar lagi. Karena banyak sekali keutamaan jika kita mau terus menambah ilmu.
“Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu maka Allah memudahkan jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Bahkan Allah SWT tidak memerintahkan hambaNya untuk meminta tambahan sesuatu kecuali hanya tambahan ilmu
Wa qul Robbi zidnii ‘ilman
(Dan katakanlah: “Ya Robb-ku, tambahkanlah ilmuku)
Lalu mengapa kita tidak mau menambah ilmu?
Simaklah doa Nabi Muhammad setiap kali selesai sholat subuh,
“Ya Allah sesungguhnya saya minta kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, rizqi yang baik dan amalan yang diterima.”
Lalu mengapa kita tidak mau menambah ilmu?
“Katakanlah, apakah sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak tahu.” (QS.Az Zumar:9)
Kita dapati pula hadits-hadits yang menerangkan keutamaan mencari ilmu.
“Barangsiapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu masjid diantara masjid-masjid Allah, mereka membaca Kitabullah serta saling mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka ketenangan dan rahmat serta diliputi oleh para malaikat. Allah menyebut-nyebut mereka dihadapan para malaikat.”
Hadits lain disebutkan,
“Barangsiapa menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan tunjukkan baginya salah satu jalan dari jalan-jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat meletakan sayap-sayap mereka sebagai bentuk keridhaan terhadap penuntut ilmu.Sesungguhnya semua yang ada di langit dan di bumi meminta ampun untuk seorang yang berilmu termasuk ikan yang ada di air. Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah sebagaimana keutamaan bulan purnama terhadap semua bintang. Dan sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya mereka tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil bagian ilmu maka sungguh dia telah mengambil bagian yang berharga.” (HR. Abu Daud)
Bahkan kebaikan dari ilmu akan terus mengalir.
“Apabila manusia telah meninggal dunia maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga amalan : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan dia.” (HR. Muslim)
Lalu mengapa kita tidak mau menambah ilmu?
Tidakkah kita ingin menikmati indahnya taman surga?
Rasulullah saw bersabda, “Jika kalian melewati taman surga maka berlabuhlah. Para sahabat bertanya, ”Apakah taman surga itu?”Beliau saw menjawab, ” Majelis ilmu." (HR. Tirmidzi)
Subhanallah..
Begitu banyak taman-taman surga di dunia ini, namun sayangnya kita sering melewatinya. Padahal kita bisa mendapat begitu banyak kenikmatan di dalamnya.
Ibnu Taimiyah pernah berkata, “Sesungguhnya di dunia ini ada taman-taman surga, barangsiapa tidak dapat memasukinya di dunia ini dia tidak akan dapat memasuki surga di akhirat nanti.”
Jadi, pesan utama saya di sini bukan hanya mengajak Anda, terutama para guru, untuk memasuki taman-taman surga itu melainkan juga menciptakan taman-taman surga itu sendiri. Artinya setelah Anda mendatangi majelis ilmu dimana Anda mendapat tambahan ilmu darinya, dimana Anda mendapatkan ketenangan dan ketenangan di dalamnya, dimana anda mendengar ayat-ayat Allah dibacakan di dalamnya, dimana Anda mendengar hadits-hadits Rosulullah diulang-ulang dalamnya,. Maka selanjutnya yang harus Anda lakukan adalah melakukan hal yang sama pada majelis Anda, pada kelas Anda, pada seminar Anda, pada lokakarya Anda. Bacakanlah ayat-ayat Allah di dalamnya, sebutkanlah hadits-hadits Rosululllah di dalamnya. Sehingga terciptalah taman-taman surga lainnya dalam majelis Anda.
Sekali lagi, masukilah taman-taman surga nikmatilah keindahan di dalamnya, kemudian ciptakanlah taman-taman surga lainnya. Begitu seterusnya hingga kematian kita tiba. San semoga saat itu kita pun diizinkan Allah pula untuk memasuki surgaNya. Aamiin…
Selamat menikmati taman-taman surga :)
Ahmad Kindi
PresidenJaringan Asah Pena
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H