Mohon tunggu...
Ahmad Kindi
Ahmad Kindi Mohon Tunggu... -

Master of Writing Revolution System

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Al Quran; Bahasa Percakapan Internasional

14 Mei 2012   04:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:20 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari sabtu yang lalu, saya bertemu 6 pria asing dari Jamaah Tabligh. Seorang pemandu sekaligus penerjemah mereka mengatakan bahwa 6 pria asing tersebut berasal dari Mesir. Mereka sedang melakukan khuruj selama 3 hari di mesjid dekat rumah saya.

Setelah shoal zuhur, saya duduk mendengarkan pengajian yang disampaikan oleh salah satu dari mereka yang diterjemahkan oleh sang penerjamah tadi. Setelah selesai mendengarkan pengajian, seketika muncul keinginan saya untuk berdialog dengan salah seorang dari mereka. Kebetulan saya duduk berdekatan dengan seorang pria tua berjanggut lebat.

Kaifa, Syeikh?” saya memcoba membuka percakapan.

Khoir, Alhamdulillah,” jawabnya pria tua itu, santai.

Kemudian kami berdua terdiam. Mungkin pria tua itu menanti saya berbicara. Mungkin dia menyangka saya pasti mahir berbahasa Arab. Karena saya tadi menyapanya dengan bahasa arab ‘gaul’. Namun sayang, bahasa arab saya tidak selancar jika saya tersambung dengan google terjemahan. :)

Lalu, setelah kami terdiam cukup lama, tiba-tiba si pria tua tadi berkata “Apa kabar?”

Wuih, saya kaget. Ternyata si Syeikh bisa bahasa Indonesia, pikir saya. “Baik, Alhamdulillah,” jawab saya sambil tersenyum kagum.

Kemudian giliran saya yang menunggu perkataan selanjutnya dari pria tua itu. Setelah menanti cukup lama, ternyata sama sekali tidak ada lagi bahasa Indonesia yang keluar dari bibirnya. Ya, tidak jauh beda dengan saya. Pria tua itu cuma tahu ‘Apa kabar’. Sementara saya cuma tahu ‘Kaifa Syeikh’.

[ silakan tertawa dulu……………………… :) ]

Akhirnya, setelah kami dilanda percakapan ‘bisu’ dalam hati masing-masing─setelah percakapan ‘Kaifa Syeikh’ dan ‘Apa kabar’, si Pria tua itu pun bijak. Dia membuat terobosan brilian. Dia pasti paham bahwa umumnya orang Islam di seluruh dunia pasti tahu arti ayat-ayat Al Qur’an. Pria tua itu pun mulai menghidupkan percakapan kami tadi dengan membacakan beberapa ayat Al Qur’an.

Pria tua itu memulai dengan ayat, “Allahu khooliqu kulli syai’… ”. Saya tahu itu artinya "Allah Maha Pencipta atas segala sesuatu" (Surat Ar Ra’d:16).

Kemudian dia membaca,“Afalaa yandzuruuna ilal ibili kaifa khuliqot”. Artinya, maka apakahmerekatidakmemperhatikanuntabagaimanadiadiciptakan.Sayamengangguk, mulai menyadari metode percakapan ini.

Kemudian pria tua itu melanjutkan, “Wa ilassamaa’i kaifa…….” (dan langit, bagaimana ia…….) Si Syeikh membuat jeda. Kemudian, “rufi’at” (ditinggikan),lanjutnya. Oh, mungkin pria tua ini ingin saya yang menyambung membaca ayatnya, pikir saya.

Benar saja.Pria tua itu melanjutkan, “Wa ilal jibaali kaifa……..” (Dan gunung-gunung bagaimana ia..….).

“Nushibat.” (ditegakkan), jawab saya spontan.

Pria tua itu tersenyum, melanjutkan, “Wa ilal ardhi kaifa…….” (Dan bumi bagaimana ia…..)

“Suthihat.” (dihamparkan), kata saya.

Pria tua itu mengangguk dan berkata, “Fadzakkir innamaa anta…….” (Maka berilah peringatan karena sesungguhnya engkau hanyalah……..)

“Mudzakkir”, (pemberi peringatan), saya menambahi.

Begitulah seterusnya hingga kami selesai membaca akhir surat Al Ghaasyiyah.

Setelah itu kami saling tersenyum. Sungguh saya merasakan betapa indah percakapan unik yang baru saja kami lakukan. Saya pun menduga bahwa pria tua itu juga merasakan perasaan yang samaseperti yang saya rasakan. Begitu indah. Sebab Pria tua itu tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak saya dan mengusap-usap punggung saya.

Subhanallah…

Keindahan ini pasti tercipta karena kami telah melakukan percakapan dengan menggunakan bahasa yang paling indah; Al Qur’an. Saya yang bangsa Indonesia sementara pria itu bangsa Mesir, secara spontan menemukan solusi percakapan internasional. Itulah bahasa Al Qur’an.

Anda yang membaca tulisan ini, jangan pernah ragu menggunakan bahasa Al Qur’an dalam percakapan internasional Anda. Ya, karena sangat indah, sangat menyenangkan sekaligus menakjubkan. Cobalah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun