Mohon tunggu...
Fakhruddin Ahmad Huat
Fakhruddin Ahmad Huat Mohon Tunggu... -

Bukan Satu yang dihitung, Sebab yang dihitung adalah bilangan (Sandi Ambalan Gudep A. Soulissa)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bukti Lain di Balik Keindahan Air Terjun Perawan yang Sempat Terekam Kamera HP

28 Januari 2011   00:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:07 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Udara sejuk dan suara angin yang berhembus dari pegunungan sangat terasa sekali pada diri setiap peserta yang melakukan ekspedisi HMI Back To Nature. Rasa dingin yang menyengat menerobos masuk sampai ke pori-pori kami bagai tak berarti apa-apa ketika sampai di lokasi. Sebuah pemandangan yang indah terpampang di depan mata seakan mengobati rasa letih yang kami rasakan seusai long march. Sesekali bahkan terdengar kicauan burung dan sapaan akrab pepohonan bagai perpaduan yang serasi seraya menyapa kami sambil berkata "Selamat Datang Para Pecinta Alam".

Siang itu, arah jarum jam menunjukkan pukul 14.45 WIB, suasana di lokasi perkemahan tidak seperti di kota. Banyak sekali perbedaan yang kami dapatkan termasuk pesona alam yang indah dan keramahan lingkungan sekitar tempat kami menginap. Keadaan di kota yang biasanya berisik dan disibukkan dengan aktivitas keseharian yang menguras otak dan tenaga, kini terbayar sudah dengan kegiatan "Sehari Bersama HMI Unitri di Alam". Belum sampai sang surya berpamitan menyapa setiap yang ada, seseorang dari dalam kemah berdiri dan berkata "Bagaimana kalau kita ke air terjunnya sekarang?". Semua orang lantas meresponnya dengan perkataan "Why Not!". "Apalagi, besok kan kita harus pulang pagi". Lanjut peserta yang lainnya.

Tanpa berpikir panjang, beberapa peserta pun berdiri dan langsung berjalan menuju wisata "Air Terjun Perawan" yang konon banyak yang belum tahu dengan tempat wisata yang satu ini. Jaraknya jauh sekali dengan lokasi tempat tim menginap. Sehingga tak heran jika beberapa peserta mengeluh karena merasa kelelahan.

Rasa cape' dan bosan hanyalah tinggal kenangan belaka saat kami dikejutkan dengan suara air yang begitu kerasnya dan suasana sekitar yang tampak seolah dalam mimpi. "sungguh indah" berkata salah seorang peserta ekspedisi. "luar biasa" lanjut salah seorang disampingnya seolah mata setiap orang dibuat terpesona bagai pangeran yang jatuh hati melihat gadis desa yang anggun nan mempesona. Tanpa instruksi lanjutan, semua bergegas langsung untuk mandi dan bersenda gurau di bawah derasnya air terjun yang meluncur jatuh dari dataran yang sangat tinggi.

Lama sudah kami larut dalam kegembiraan nan kunjung usai, sampai ada ajakan untuk bersiap-siap kembali karena hari hampir gelap. Semuanya pun kembali ke lokasi perekamahan dengan wajah yang berseri-seri dibersihkan oleh "Air Terjun Perawan".

Setelah sampai di perkemahan, sebagaian peserta sibuk mempersiapkan makanan di dapur umum yang dibangun di samping kemah tempat tidur peserta dan sebagian peserta yang lain masih asik menceritakan betapa indah dan mempesonanya air terjun perawan tadi. Karena terdengar asik dan sangat rugi jika sampai ada peserta yang melewatkan moment spesial ini, maka beberapa peserta yang tadinya belum pergi memutuskan untuk pergi sendiri walau sebenarnya hari hampir gelap.

Adalah Vera, Rozana, Darsono dan Ahmad (penulis sendiri), keempat peserta yang memutuskan untuk berangkat menuju lokasi air terjun perawan sebagai pembuktian atas apa yang diceritakan oleh rekan-rekan kami. Mereka yang mengaku berasal dari Kota Tuban, Sambas, Madura dan Ambon ini melakukan perjalanan episode ke II menjelajah hutan menikmati keindahan air terjun perawan. Setali tiga uang, itulah ungkapan yang pas untuk menggambarkan kisa kami berempat. Kami sadar dan mulai membenarkan semua yang diceritakan oleh rekan-rekan kami di perkemahan tadi. Sungguh indah sesuai dengan nama yang diberikan kepadanya. Ya! "Air Terjun PERAWAN".

Keindahan alam dan gemericik suara air yang dirasakan membuat saya dan ketiga rekan tidak ingin kembali dan berlalu dengan cepat. Dalam hati saya berkata, "saya ingin berlama-lama di sini". Namun, apa boleh dikata, waktu jualah yang pada akhirnya menghendaki kami agar secepatnya beranjak meninggalkan lokasi karena senja hampir tiba. Sebelum kami memutuskan untuk kembali bergabung dengan yang lainnya di lokasi perkemahan, kami menyempatkan diri untuk berfoto-foto karena sangat berhasrat untuk mengabadikan moment ini di album dokumentasi pribadi kami. Setelah itu, kami pun kembali berjalan ke lokasi perkemahan.

Sampai di lokasi tempat semuanya berkumpul, saya melihat-lihat lagi foto-foto yang sempat kami dapatkan saat berada di air terjun perawan. Sambil sesekali terheran-heran menyaksikan foto kami dengan latar belakang background alam yang indah bagai lukisan, saya pun senang dengan hasil yang kami dapatkan. Satu sampai dua kali saya melihat indahnya gambar-gambar itu sambil sesekali menyaksikan dari dekat karena maksud hati untuk lebih jelas tampak keindahannya. Namun, saya begitu bingung dan panik saat pandangan dan tatapan mata saya dikagetkan oleh salah satu foto yang ada. Begitu saya perjelas lagi, saya yakin dengan apa yang saya lihat bahwa gambar itu benar-benar murni "menampakkan sesosok wajah manusia yang mirip sekali dengan Abdi Dalam, Pangeran, atau bahkan Raja" hal yang sangat tampak jelas dengan simbol atau tanda-tanda yang dikenakkan".

Karena mengetahui hal itu, saya pun berusaha untuk menyembunyikan hal ini karena takut akan ada banyak peserta yang mulai panik dan merasa was-was berada di lokasi. Akhirnya saya memilih untuk tidur dan beristirahat sampai terbangun pada pukul 00.07 WIB. Saat terbangun di keheningan malam yang serba sunyi senyap, dalam hati saya berucap "Ya Allah, apakah kami sudah melakukan kesalahan tadi siang?" hingga wajah penampakan sesosok Raja di foto ini mengisyaratkan bahwa kami telah mengganggu tempat tinggalnya. Atau mungkin kami dianggap tidak minta izin hingga penjaga atau penunggu tempat-tempat itu marah sampai menampakkan wajahnya?.

Namun, dapatkah kami mempercayainya? kami yang kesehariannya sangat mengedepankan akal sehat ketimbang mitos, bagaimana mungkin mudah mempercayai bahwa Air Terjun Perawan ada penjaganya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun