Sebagai organisasi kader, sudah sepantasnyalah KOMUNI berfikir tentang kelanjutan kaderisasi organisasi sebagai citra keberhasilan perkaderan di komisariat. kita tahu bahwa berbicara tentang suatu organisasi perkaderan maka hal yang paling urgen ada pada dua titik persoalan yang kemudian penting untuk dibicarakan yakni "kader" dan "organisasi" itu sendiri sebagai lembaga tempat si kader berproses.
Dalam kaitan ini, kader adalah komponen dari serangkaian perjalanan organisasi yang paling sentral dan krusial, karena kader adalah bagian dari unsur organisasi yang dapat berperan penting dalam konteks melanjutkan amanah organisasi.
Maka dari itu, seorang kader yang peduli dengan organisasinya hendaklah selalu melakukan tindakan-tindakan yang dapat berpengaruh pada pencitraan yang baik terhadap organisasi itu sendiri. Mempunyai wawasan tertentu tentang lingkungan perkaderan, yang dalam hal ini adalah lingkungan organisasi tempat dia berproses atau organizational image (citra organisasi).
Setiap organisasi yang teratur, dapat menentukan pola hubungan perkaderan yang bersifat keintelektualan antara kader yang satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang hendak dicapai. Proses perkaderan adalah salah satu upaya dalam organisasi yang berhubungan dengan tujuan organisasi kita. Struktur kepengurusan hanyalah simbol tanggungjawab kader untuk berkontribusi aktif dalam upaya menaruh perhatian pada pengorganisasian kegiatan kolektif untuk mencapai tujuan-tujuan yang secara kolektif dibutuhkan.
Perkaderan juga merupakan aktivitas yang menuju pada proses pencitraan diri terhadap kesadaran kolektif untuk organisasi. Dengan demikian organisasi kader tersebut dapat tetap eksis karena kaderisasi yang diharapkan berlangsung dengan persoalan serupa, yaitu dengan keharusan untuk menghendaki proses regenerasi bangsa ini berlanjut dalam upaya mempertahankan keutuhan NKRI. Kesemua hal ini termasuk ke dalam upaya integrasi bangsa.
Dengan demikian, secara substansial organisasi membutuhkan kader demi keberlanjutan estafet organisasi itu sendiri. Sebaliknya sebagai seorang kader yang berjiwa profesional, juga memerlukan organisasi sebagai wadah pengembangan kepribadian dirinya.
Dalam konteks inilah, diperlukan adanya kesadaran kolektif sebagai bagian dari wujud nyata implementasi perkaderan dalam nuansa kebersamaan. Disadari atau tidak, semua orang boleh berbicara tentang pentingnya kesadaran bersama. Akan tetapi belum tentu berlaku dalam tindakannya. Dengan kata lain, seseorang boleh pandai dalam menganjurkan untuk berorganisasi yang dibangun atas dasar kesadaran kolektif. Tetapi yang terjadi kemudian ialah justru yang bersangkutan sendirilah yang perlu dipertanyakan kesadaran yang dimaksudkan.
Sebagai kader yang kritis dengan hal-hal yang urgen dalam realita perkaderan hendaklah kembali kepada konstitusi kita sendiri. Hilangkanlah pola pemikiran yang ikut-ikutan dan pada akhirnya kita dapat menentang paradigma-paradigma personal yang nyatanya sangat besar pengaruhnya pada seorang kader, sehingga kader menjadi pribadi yang interdependen dan mudah di setting.
Padahal kita telah tahu bahwa organisasi kita secara konstitusional bersifat independen. Tidak bergantung pada partai politik manapun, dan kader-kadernya menjadi besar dalam pola pikir dan tindakannya karena diberi kebebasan dan keleluasaan untuk berdebat, berdiskusi, saling mengkritisi, dan lain sebagainya. Bukan seperti organisasi-organisasi massa yang hanya tahu kata "setuju".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H