Pertiwi yang Akan Mati
Karya : Ahmad Hidayat, tanggal 1 Januari 2008
Lihatlah bumi ini………!
Bukalah matamu kesini…….!
Lebarkanlah telingamu disini……!
Agar kau tak tolol, dengan apa yang terjadi
Kau hancurkan diriku dengan eksploitasimu yang tak sehat
Kau kotori mukaku dengan sampah dan limbahmu
Kau tebangi pilar-pilar rumahku yang indah dan rimbun
Kau buat aku menangis akan kerusuhan yang kau buat
Kau buat aku menjadi sakit dan sekarat
Biarlah……..!
Akan ku tenggelamkan dirimu, dengan perlahan-lahan yang menyiksa
Akan ku tebarkan beribu-ribu penyakit
Dan akan kuhancurkan kesejukkanmu dengan panas yang menggelegar
Sebab….Tak sanggup lagi aku bertahan
Aku mau mati
Jika kau masih begini
Hanya satu kesempatan bagimu
Untuk memperbaiki semua ini
Agar aku tak jadi mati dan kau tak menyesal
Sepenggal Harta yang Ditelan Bumi
Karya : Ahmad Hidayat, tanggal 7 Maret 2009
Bukan aku marah padamu
Bukan aku benci padamu
Tapi aku malu akan diriku, akan bangsaku yang bersedih
Diatas kemajuan dunia yang pesat
Aku tak tahu, apa yang kau inginkan
Mungkin kau ingin kaya, mungkin kau dendam dengan harta
Dan aku tak mengerti apa maksudnya ini……….!
Sehingga kau tega melakukan itu
Hanya untuk sepenggal harta yang tak berguna
Kasih sayang yang harmonis
Karya : Ahmad Hidayat, tanggal 1 Januari 2010
Meja terpana memandang mereka
Damai, rukun, dalam gambaran kehangatan keluarga
Kasih sayang mereka bening, sebening embun
Cinta mereka setia, sesetia perangko dan surat
Mungkin ini yang dinamakan harmonisasi keluarga
Harmonisasi untuk semua
Yang indah lagi tulus
Membuat suka selalu utuh
Dan membuat duka slalu hancur berkeping-keping
Ini semua hanya untuk sebuah asa dan impian
Mencapai keluarga yang bahagia
Yang beriman
dan yang berkepribadian
Puisiku untuk Semua
Karya : Ahmad Hidayat, tanggal 1 Oktober 2009
Aku bersedih
Tak mengerti dengan apa yang terjadi
Aku terbelenggu kegelapan
Di atas semua kecanggihan zaman
Mungkin betul, ini salahku
Mungkin betul. Ini dosaku
Sehingga dirimu, Menjadi marah dan memerah
Mungkin, ini cobaan
Mungkin pula, ini siksaan
Sehingga aku harus tersiksa
Untuk mengakui semua dosa
Ini semua salahku
Pada dirimu yang maha suci
Tapi aku tidak benci padamu
Malah aku sangat mencintaimu
Karena, kamu masih mengingatkanku
Akan semua yang telah terjadi
Kamu beri goncangan yang menghentakan
Agar……Aku minta ampun padamu
Aku sayang padamu, Tuhan semesta alam
Yang penyayang lagi maha mengasihi
30 September, hari kelabu bagi diriku
Dengan gempa yang maha dasyat
Dari Tuhan yang Maha Kuasa
Andi Ma’arif Pencaci Negara Dengan Rayuan Negara Bedebah
Karya : Ahmad Hidayat, tanggal 4 Maret 2010
Andi Ma’arif, kau adalah Puitis ulung
Yang tak akan tercatat dalam sejarah
Hai Pak Andi Ma’arif…Apa kau tak sadar
Dengan apa yang telah kau katakan
Apa kau lupa, kau lahir di Negri ini
Sampai-sampai kau tega Mengatakan bangsa ini
Negara Bedebah
Mengapa kau berijudul puisimu dengan kalimat Negara Bedebah
Mengapa kau tak beri judul, para bedebah di Negri nan indah
Aku tersinggung oleh ucappanmu
Yang manis tapi berisi racun nan pekat
Apa kau tak sudi tinggal di Negri ini
Apa kau benci Negri ini
Atau memang kau ingin bangsa ini
Menjadi Negara bedebah
Namun..Aku tahu maksudmu
kau ingin, koruptor di Negri ini
Insaf dengan puisimu yang tajam mengiris hati semua orang
Tapi…Aku ingin ingatkan sesuatu padamu
Bahwa mulut manismu, dapat menjadi harimaumu
Dikala kau tak bisa mengaturnya
Di kegelappan malam yang kejam
Cintaku Cintanya
Karya : Ahmad Hidayat, tanggal 11 Maret 2010
Aku suka melihatnya
Jika ia tersenyum manis padaku
Dia suka mendengarkanku
Jika aku berkata jujur padanya
Perasaanku berbunga-bunga
Jika ia mebilang cinta padaku
Perasaannya jadi sangat bahagia
Jika aku slalu setia padanya
Aku berjalan mendekatinya
Jika aku lagi butuh ia untuk curhat
Dia datang menghampiriku
Jika ia ingin menanya PR padaku
Parfumnya harum, seharum bunga mawar dan melati
Sebab ialah cintaku
Masakkannya lezat, selezat dendeng dari padang
Sebab ialah yang suka aku
Aku memegang tangannya
Membuat ia sedikit marah, dan tersipu malu
Dia memegang tanganku
Membuat aku terbang kelangit ketujuh
Ya…..inilah cinta kami
Cinta yang lucu dan positif
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H