Mohon tunggu...
Ahmad Bakir
Ahmad Bakir Mohon Tunggu... Petani - Petani asal berkah, jangan praktek RIBA...!!!

Bukan siapa siapa...oreng taneh. paham Agama katanya tapi rambu rambu agama di srobot, paham hukum katanya tapi hukum dilanggar.!! Lawakan bukan...!!?? Mahasiswa katanya tapi tak ada gerak jika ada masalah menyangkut rakyat banyak. Alumni IAIN Jember 2015-2019

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ibu yang Pilu

31 Agustus 2022   22:14 Diperbarui: 31 Agustus 2022   22:18 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan usia mu tepat 77 Tahun, di ibrarat manusia usiamu telah renta whahai ibu Pertiwi ku
Namun dirimu masih bak bidadari yang cantik gemulai yang turun dari kahyangan, betapa tidak sedikit yang menggandrungi akan dirimu.
Dalam dan luar zamin merebut paksa dan halus akan memiliki dirimu yang cantik itu
Ibu Pertiwi ku yang amat aku kagumi engkau tidak sedikit melahirkan anak anak kandung (intelektual,cerdas,lulusan terbaik)
Namun anak kandung mu bagai tamu yang meminangmu layaknya yang dilakukan orang orang luar zamin itu lakukan 350 tahun lamanya merampas hartamu
Ibu Pertiwi ku
Anak kandung yang kamu lahirkan tidak se elok nan anggun seperti dirumu, tidak seramah dirimu Yang mengasihi semua apa yang anak kandung mu inginkan
Ibu Pertiwi ku yang anggun cantik gemulai tergugus hiasan tujuh belas ribu pulau yang terkandung heharuman yang disebut sumberdaya alam, cukuplah semua itu untuk anak anak yang kirus kerontang tuk pukul rata kan
Bagai mana dirimu yang cantik gemulai melahirkan anak anak tak berperangai
Kupikir anak anak mu yang mengurusi mu amanah dan berintegritas, nyatanya menghianati diri mu dan saudara saudaranya yang lain nan tak berdaya
Betapa tidak adilnya anak anak mu yang mengurusi dirimu, sehingga kesenjangan dimana mana terjadi (agama, sosial, ekonomi, hukum, budaya)
Lihatlah wahai ibu Pertiwi, akhir akhir Ini kekacauan akan anak anak mu yang membrangus dirimu terkuak satu demi satu
Namun anak anak mu yang menjadi penegak akankeadilan dalam rumahmu menghinati dirmu sehingga anak anak mu yang bersih tersisih karna sekenario anak anak mu yang merawat dirimu begitu gesit
Berakhirlah ibu Pertiwi ku
MENCARI DALIH PEMBENARAN
ENGGAN MENANCAPKAN SEBUAH KEBENARAN
Itulah perangai anak anak mu ketika anak kandung mu yang fakir tersisihkan.

Kebohongan yang terulang ulang
Akan lahir asumsi itu benar (nyatanya itu tipuan) nyata terjadi akan dirimu wahai ibu Pertiwi.

Pasean B
30 Agustus 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun