Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - guru penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

suka membaca, menulis dan berbagi kebaikan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Demokrat Keluar dari KPP karena Dikhianati Anies, Kemana akan Berkoalisi Apakah akan Menjomblo?

2 September 2023   06:13 Diperbarui: 2 September 2023   06:56 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agus harimurti Yudhoyono (AHY) dan Anies Baswedan saat masih bersatu di KPP (foto : detik,com)

"Dalam politik tak ada kawan atau lawan abadi yang abadi adalah kepentingan politik"

Keputusan resmi Partai Demokrat untuk keluar dari Koalisi Perubahan Persatuan (KPP) dan mencabut dukungan mereka terhadap Anies Baswedan telah menciptakan gelombang perubahan signifikan dalam dinamika politik Indonesia menjelang Pemilihan Presiden 2024. 

Ini adalah keputusan realistis, karena Demokrat sejak awal ingin menjadikan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang merupakan Ketua Umum Partai Demokrat sebagai cawpresnya Anies Baswedan, ketika Anies memilih Cak Imin Ketua Umum PKS sebagai Cawapres, maka otomatis Demokrat tidak perlu ada di KPP.

Demokrat Akan Menjadi Partai Independen Tanpa Berkoalisi? 

Pertanyaan yang muncul adalah kemana arah politik yang akan diambil oleh Partai Demokrat setelah keluar dari KPP. Keputusan ini membuat banyak pihak bertanya-tanya apakah Demokrat akan mencari kemitraan dengan koalisi lain atau akan memilih untuk berdiri sendiri sebagai partai independen atau Menjomblo? dalam pemilihan mendatang. Pilihan ini akan sangat memengaruhi dinamika pemilihan dan peluang Demokrat untuk meraih suara.

Selain itu, ada pertanyaan tentang sejauh mana keputusan ini akan memengaruhi stabilitas koalisi KPP. Keberangkatan Demokrat merupakan pukulan signifikan bagi koalisi yang sebelumnya terdiri dari Demokrat, Nasdem, dan PKS. 

Masuknya PKB ke dalam koalisi dan penunjukan Cak Imin sebagai Cawapres Anies Baswedan adalah respons langsung terhadap kekosongan yang dihasilkan oleh kepergian Demokrat.

Namun, pertanyaan tetap ada tentang sejauh mana koalisi ini akan kuat tanpa salah satu partainya yang awalnya menjadi pengisi signifikan dalam hal basis pemilih. Kekosongan ini bisa memengaruhi dinamika pemilihan dengan cara yang tidak dapat diprediksi.

Keputusan Demokrat juga memberikan sinyal bahwa persaingan antarpartai politik semakin ketat dan kompetitif menjelang Pemilihan Presiden 2024. Partai-partai politik mengambil langkah-langkah strategis untuk memaksimalkan peluang mereka dalam pemilihan ini. Ini akan menjadi pemilihan yang menarik untuk diikuti oleh publik dan pemilih karena akan menentukan arah masa depan politik Indonesia.

Dengan demikian, keluarnya Demokrat dari KPP adalah langkah penting dalam perjalanan menuju Pemilihan Presiden 2024. Keputusan ini menciptakan ketidakpastian dan membuka banyak pertanyaan tentang bagaimana dinamika politik akan berkembang selanjutnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun