Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - guru penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

suka membaca, menulis dan berbagi kebaikan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Salah Baca

21 Februari 2023   20:11 Diperbarui: 21 Februari 2023   20:15 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selamat siang Ibu Rosy. Saya dari JNT. Saya mau  kirim barang yang telah dipesan bapak,  beberapa hari yang lalu," telepon dari petugas  

JNT kepada saya. "Apakah benar alamat ibu di jalan mawar  No.16?" lanjut petugas JNT tersebut, meyakinkan aku. "Benar  Mas," jawabku meyakinkannya. "Baik ibu, kalau begitu  mohon berkenan share lokasi rumah ibu, guna memudahkan  saya sampai tujuan," katanya lebih lanjut.  

Tanpa berpikir panjang, aku kirim map melalui WA-nya.  Selang berapa menit, petugas JNT sampai di depan pintu  rumahku. 

Sembari mengucap salam. "Assalaamu'alaikum,"  sapa petugas. "Waalaikumussalam," jawabku segera. "Maaf  Ibu, ini pesanan suami ibu. Mohon diterima dan mohon  berkenannya itu difoto sebagai laporan saya bahwa barang telah sampai pada pemesan," ucapnya padaku dengan santai.  

Tanpa berpikir panjang, aku berkenan untuk difoto. "Baik Ibu,  kalau begitu saya langsung pamit. Terima kasih atas kepercayaannya kepada kami," paparnya kepadaku. Tanpa  ucap salam dan terburu-buru, petugas JNT itu langsung mengendarai sepeda motor dan berlalu dari pandanganku.  

Tiba-tiba, aku tertegun dan berpikir. "Tumben suamiku  tidak memberitahukan kepadaku, jika dia memesan sesuatu  secara online," gumamku. 

Aku merasa tak berani membuka  paketan tersebut. Aku takut, nanti dia marah. Selang beberapa menit, suamiku datang. Segera aku    menanyakannya. "Beberapa hari yang lalu, ayah telah  memesan apa melalui online?" tanyaku. 

Dengan wajah  kebingungan, suamiku menampakkan wajah berpikirnya.  "Enggak, aku tidak pesan apa-apa," jawabnya. 

"Pasti ayah  berbohong kepadaku, atau ada sesuatu yang  disembunyikan?" tanyaku lagi. "Aku berani sumpah. Aku tidak pernah merahasiakan sekecil apa pun kepadamu,"  katanya meyakinkan aku. 

Tidak seberapa lama, HP-ku  berbunyi. Segera kujawab panggilan itu. "Iya, Mas. Ada apa?"  tanyaku. "Maaf Ibu, ternyata saya salah kirim. Seharusnya  paketan itu ditujukan ke jalan mawar 2 No. 16," ungkap  petugas JNT. Tidak seberapa lama, dia sudah di depan pintu  rumahku. "Sekali lagi mohon maaf, Ibu. 

Dikarenakan saya  terbiasa kirim paketan ke rumah ibu, tadi langsung saja menghubungi ibu. Hanya melihat sekilas alamatnya, tanpa  mengamati tulisan jalan mawar 2." Akhirnya, perdebatanku  dengan suami terhenti sampai di situ, dengan saling  bermaafan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun