Geliat transfer musim panas 2019/2020 masih masih terus bergulir di benua biru. Beberapa tim masih terlihat pasif dalam perburuan pemain, tapi tak sedikit pula yang telah bermanuver cepat untuk mendapatkan pemain incarannya, seperti Real Madrid dan Barcelona.
Duel El Clasico antara Real Madrid dan Barcelona tampaknya tidak hanya terjadi di atas lapangan. Di bursi transfer musim panas ini, kedua raksasa Spanyol itu bertarung dalam unjuk kekuatan finansial klub. Kedua tim itu sudah menghabiskan dana triliunan untuk mendapatkan pemain incaran mereka.
Sejauh ini, Real Madrid sudah mendaratkan lima pemain ke Santiago Bernabeu dengan dengan total nilai transfer sebesar 303 juta euro. Kelima pemain tersebut adalah Eden Hazard (100 juta), Luka Jovic (60 juta), Eder Militao (50 juta), Ferland Mendy (48 juta), dan Rodrygo (45 juta). Di pihak lain, Barcelona telah mendatangkan 3 pemain dengan total biaya sebesar 221 juta euro. Mereka adalah Antoine Griezmann (120 juta), Frankie De Jong (75 juta), dan Neto (26 juta).
Real Madrid boleh menang dalam jumlah pemain rekrutan dan nilai transfernya di musim panas ini, tetapi nilai skuat Real Madrid masih kalah dengan skuat Barcelona. Skuat Real Madrid saat ini bernilai 1.23 miliar euro atau sekitar 19.4 triliun rupiah, sedangkan skuat Barcelona bernilai 1.27 miliar euro atau setara dengan 20 triliun rupiah.
Dengan skuat mewah yang dimilikinya, secara teori baik Real Madrid maupun Barcelona seharusnya mampu mendominasi semua kompetisi yang diikuti. Namun, sepak bola tidak bisa diprediksi hanya dengan hitungan-hitungan angka nilai transfer. Musim lalu misalnya, Real Madrid harus puas mengakhiri musim 2018/2019 di peringkat 3 dan tanpa mendapat satu gelar pun, sedangkan Barcelona harus puas dengan gelar La Liga setelah gagal di Copa Del Rey dan Liga Champions.
Berkaca dari musim lalu, tampaknya musim depan Real Madrid akan mampu mengungguli Barcelona. Faktor pelatih menjadi pembeda bagi kedua tim ini. Beberapa fans Barcelona menganggap kinerja Valverde sangat buruk. Munculnya klaim tersebut bukan tanpa alasan. Dua musim berturut-turut, Valverde gagal membawa Barcelona menjuarai Liga Champions setelah menjadi korban come back dari AS Roma (2017/2018) dan Liverpool musim lalu.
Secara taktik, Barcelona di bawah Valverde sangat bergantung pada seorang Messi. Dari total 90 goal Barcelona di ajang La Liga, 40% disumbangkan oleh Messi dengan 36 goal dan 13 assist. Selain itu, Barcelona sering kewalahan ketika tampil tanpa seorang Messi. Mengutip dari kumparan.com, rasio kekalahan Barcelona lebih besar ketika bermain tanpa Messi (25%) dibandingkan ketika Messi beramin (7.4%). Dari sisi kolektivitas tim, Barcelona masih memiliki PR berat yang harus dibenahi.
Di kubu Real Madrid, musim lalu mungkin bafi mereka adalah salah satu musim terburuknya dalam beberapa tahun terakhir. Betapa tidak, mereka sempat kesulitan menang di paruh musim pertama meski tampil superior. Kondisi itu memaksa mereka untuk berganti pelatih sebanyak 3 kali.
Pengangkatan kembali Zinedine Zidane di bulan Maret tidak banyak membantu Real Madrid karena mereka telah tereliminasi dari Liga Champions dan Copa Del Rey. Namun, jika melihat prestasi yang diraih oleh Zidane di kesempatan pertamanya dulu, tentu tropi bukan hal mustahil bagi Real Madrid musim depan.
Sekali lagi, sepak bola bukan hanya soal hitung-hitungan nilai transfer. Bukan juga soal angka-angka statistika. Sepak bola adalah seni memanfaatkan keberuntungan dan peluang. Banyak tim besar yang tiba-tiba mengalami musim berat meski sebelumnya meraih kesuksesan, begitu juga sebaliknya. Jendela transfer musim panas masih berlangsung. Bagi Real Madrid maupun Barcelona, masih banyak waktu untuk membenahi tim agar terhindar dari kesalahan yang sama musim lalu.