Suatu ketika Madinah dilanda krisis ekonomi. Distribusi barang dan uang sangat terhambat. Suplay dari para pemasok barang seolah mati suri. Masyarakat hampir mati kelaparan dan mengalami kekacauan sosial. Khalifah Usman bin Affan mengambil inisiatif mengimpor berbagai komoditi dari negara tetangga.Â
Sebanyak 1000 ekor unta sudah dalam perjalanan memasuki kota Madinah. Ustman bahkan mengeluarkan pembiayaan pribadi sebagai jaminan pembayaran antar negara. Para pedagang kota Madinah  sudah mengajukan penawaran dengan harga yang menggiurkan. Ada yang menawar 2 kali lipat, 5 kali lipat bahkan 8 kali lipat. Ustman mengetahui betul perkembangan dinamika pasar di Madinah. Penawaran yang berkalilipat itu harapannya akan dijual menjadi 10 kali lipat.
Syahdan, kafilah dagang Utsman tina di Madinah. Semua penawar berebut mendatanginya. Lalu dengan suaranya yang lembut, Ustman berkata : "Ada yang bisa membayar 10 kali lipatkah?" Semua penawar tercekat. Tidak mungkin melakukan penawaran 10 kali lipat. Itu titik jenuh komoditi di Madinah. Semua terdiam. Ustman berkata lagi : " Untuk penawar 10 kali lipat, jika ada pun saya tidak akan menjualnya, karena sudah ada penawar tertinggi." Para penawar seketika bergumam ribut.Â
Siapa dan berapa penawaran tertinggi itu? " Ada yang berani melakukan penawaran pada saya 100 kali lipat dari modal yang saya keluarkan?" Penawar makin ribut, hanya orang gila yang melakukan penawaran setinggi itu. Sambil berjalan ke tempat penggudangan semua komoditas tersebut, Ustman memerintahkan kepada seluruh pegawainya untuk membagikan komoditas diangkut 1000 unta itu, beserta untanya, kepada fakir miskin dan para dhuafa di Kota Nabi. Penawar semua terperangah!
Hitungan sekarang, seekor unta yang mengangkut komoditas seperti jaman itu sekira 50 juta perekor jika dikurs ke mata uangbrupiah hari ini. Komoditinya bisa berupa gandum, minyak zaitun, daging awetan, kismis, kurma, garam, rempah-rempah dll. Jadi dimasa krisis, Khalifah Utsman berinfak sekira 50 milyar rupiah dalam sekali putaran. Kekadang Khalifah melakukannya dua atau tiga kali dalam setahun.
Dan hebatnya sampai hari ini rekening listrik pembayaran dan pemeliharan pemakaman Baqi di Madinah masih atas nama Khalifah Ustman bin Affan. Semoga pahalanya tetap mengalir kepada Khalifah Utsman bin Affan.
Begitu juga Rasulullah pernah menjelaskan tentang keutamaan bersedekah di masa sulit, "Wahai Rasulullah, sedekah yang mana yang lebih besar pahalanya?" Beliau menjawab, "Engkau bersedekah pada saat kamu masih sehat disertai pelit (sulit mengeluarkan harta), saat kamu takut menjadi fakir, dan saat kamu berangan-angan menjadi kaya. Dan janganlah engkau menunda-nunda sedekah itu hingga apabila nyawamu telah sampai di tenggorokan, kamu baru berkata, "Untuk si fulan sekian dan untuk fulan sekian, dan harta itu sudah menjadi hak si fulan." (Muttafaqun 'alaih. HR. Bukhari no. 1419 dan Muslim no. 1032).
Hikmah yang bisa kita ambil yaitu Allah sangat menyukai seseorang yang ketika dalam keadaan lapang dan memiliki banyak harta ia rajin dalam mensedekahkan hartanya. Meskipun orang dalam keadaan yang sempit, hal tersebut tidak menghentikannya untuk berinfak di jalan Allah.
Oleh karena itu, Orang yang bersedekah dalam waktu lapang dan sempit adalah orang yang istimewa bagi Allah SWT. Karena dengan bersedekah akan menghilangkan sifat sombong yang kita miliki serta membuktikan keimanan dan kecintaan kita kepada Allah dan Rasulnya.
MasyaAllah tabarakallah.
Semangat berinfak yang luar biasa. Tetap semangat dan jangan lupa bahagia.