Sudah lebih dari satu tahun penyebaran Virus Covid 19 yang melanda negeri ini belum usai, banyak sektor yang terkena dampak dari virus ini, bukan hanya sektor ekonomi saja yang dilemahkan tetapi juga sektor pendidikan di Indonesia.
Banyak sekolah yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara jarak jauh atau biasa dikenal dengan PJJ atau sistem daring dengan didukung berbagai media Online seperti Google meeting atau Zoom dan aplikasi sejenisnya.
Dengan diadakan nya pembelajaran jarak jauh membuat hampir seluruh kelas tidak terisi sebab seluruh siswa belajar dari rumah, hal ini pula yang mengakibatkan orang tua yang bertambah beban untuk mengontrol prilaku anaknya dirumah, yang lebih sering memainkan handphone untuk game online ketimbang membuka hal hal yang berkaitan dengan pelajaran.
Beberapa bahkan ada yang tugas sekolahnya dikerjakan oleh orang tua nya dan si anak sibuk dengan permainan nya, hal ini yang membuat banyak orang tua yang mengeluhkan sistem pelajaran jarak jauh, sebab si anak akan lebih sering untuk bermain ketimbang belajar.Â
Walaupun mungkin terdapat beberapa sekolah yang tetap atau terkadang melaksanakan pembelajaran tatap muka di sekolah walau dalam beberapa hari dalam sebulan guna mengoptimalkan penyampaian materi pembelajaran.
Hal ini berbeda dengan beberapa lembaga pendidikan berbasis asrama seperti Pondok Pesantren ( ponpes ), dimana beberapa ponpes mengadakan pembelajaran tatap muka setiap saat dengan aturan yang ketat juga didukung oleh posisi siswa yang tidak ada kontak erat dengan masyarakat luar karena tinggal di dalam lingkungan pondok pesantren yang selalu tertutup saat pandemi seperti ini, bahkan tenaga pendidik yang mengajar dan tinggal di luar pondok pesantren pun ketidak ingin mengajar harus melalui proses pengecekan kesehatan yang memadai seperti pengukuran suhu, mencuci tangan sebelum masuk dan juga selalu pakai masker saat berada di dalam lingkungan ponpes, tak terkecuali siswa saat KBM berlangsung harus tetap mengenakan masker.
Akibat kelas yang kosong dari kegiatan belajar mengajar banyak terjadi kenakalan remaja baik dalam ranah kecil ataupun besar, hal tersebut terjadi akibat kurang kontrol dari orang tua dan juga banyak nya waktu kosong di keseharian siswa, semisal saja tawuran yang terjadi antar pelajar, maraknya begal ataupun gangster yang menghantui pengendara jalan di malam hari yang beberapa pelakunya adalah anak yang masih duduk di bangku sekolah, yang lebih tersoroti adalah maraknya fenomena menumpang kendaraan besar terbuka secara paksa di jalan atau yang sering di sebut nge BM yang sebagian orang mengartikan Begal Mobil, Berani Mati, Berentiin Mobil dan lain sebagainya, dimana hal tersebut sangatlah berbahaya untuk dilakukan bahkan hampir semua dilakukan oleh anak dibawa umur yang tentu nya masih duduk di bangku sekolah, bahkan mereka banyak yang berhari hari tidak pulang dan keseharian nya hanya nge BM dari satu kendaraan ke kendaraan lain dan dari daerah satu ke daerah lain nya, pernah suatu saat saya menanyakan kepada salah satu dari mereka yang melakukan aksi BM perihal tujuan mereka melakukan aksi yang berbahaya seperti itu dan jawaban nya hanya iseng iseng saja, di rumah tidak ngapa ngapain, padahal yang jelas hal tersebut sangat lah berbahaya.
Fenomena kenakalan remaja seperti itu sebenarnya seperti virus yang menjalar dari satu orang ke yang lain nya, dimulai dari keisengan dan ajakan dari yang satu ke yang lain sehingga terdapat rasa ingin tau dan ingin mencoba, psikolog juga mengatakan bahwa keeratan rasa pada remaja dengan rekan seusia nya lebih erat ketimbang dengan keluarganya
Kita belakangan ini sering sekali menyaksikan di media sosial sebuat tragedi mereka yang menyetop kendaraan besar untuk menumpang dan berakhir tragis, entah tertabrak yang mengakibatkan luka serius atau bahkan meregang nyawa, hanya untuk hal konyol mereka lakukan padahal nyawa mereka yang menjadi taruhan nya, banyak orang yang menyoroti fenomena tersebut dan mayoritas mengecak aksi aksi anak anak tersebut serta meminta pihak berwajib untuk mentertibkan hal tersebut, sebab bukan hanya membahayakan diri si anak, tetapi juga membahayakan bagi pengendara lain terlebih si sopir kendaraan tersebut, dimana yang kita tau bahwa truck besar tidak dapat berhenti secara mendadak dikarenakan bobot nya yang besar sehingga pengereman mendadak tidak akan optimal. Sehingga jika terjadi insiden kecelakaan yang tertimba buruknya adalah sang supir, dimana seharusnya posisinya tidak bersalah sebab mengendarai pada posisi nya.
Dari peristiwa yang terjadi layaknya kita mengambil pembelajaran bahwa hal tersebut tidak baik untuk dilakukan dan dicontohkan pada generasi muda. Semoga pandemi cepat berlalu dan semua sektor dapat bergerak leluasa untuk membawa negeri ini semakin kedepan.
Penulis : Ahmad Maulana