Dalam menekuni suatu profesi tentu perlu adanya rasa kebanggaan, kebahagiaan, kesenangan dalam menjalaninya, karena suatu profesi yang dilandasi dengan rasa kesenangan akan senantiasa mengalir seperti air. Semua yang dikerjakan akan tampak lebih mudah dan tanpa beban, meskipun permasalahan yang dihadapi sulit tetapi selalu ada solusi untuk menyelesaikannya.
 Hal ini berbanding terbalik dengan profesi yang dilandasi dengan rasa keterpaksaan, tekanan, pesimistis, dan menganggap rendah profesi yang ditekuni. maka setiap pekerjaan yang dilakukan akan terasa berat, sulit, dan penuh beban. Perasaan malas akan selalu datang ketika akan melakukan pekerjaan tersebut, semua serba tekanan dan keterpaksaan. Tentu hal ini sangat berpengaruh terhadap kinerja dan produk yang dihasilkan.
Profesi itu bukan tentang menjadi apa, tetapi tentang apa yang bisa dilakukan dan dimaksimalkan didalamnya. Didalam menilai suatu profesi terkadang sebagian orang hanya melihat tampak luarnya saja, tanpa memperhitungkan  suasana hati orang yang menjalani profesi tersebut. Mereka cenderung melihat nominal yang dihasilkan tanpa melihat dampak positif dari pekerjaan yang dilakukan.
Orang yang memiliki penghasilan menengah keatas dianggap lebih berhasil dari pada orang yang berpenghasilan dibawah standar tetapi dengan kebanggaan terhadap profesi yang dijalani. Belum tentu orang yang memiliki penghasilan tinggi merasa bangga terhadap profesinya, karena kebanggaan dan kebahagiaan tidak dapat diukur hanya dengan melihat penghasilan. Untuk itu kebanggaan terhadap profesi sangat berpengaruh terhadap diri sendiri dan kinerja yang ditekuni
Begitu pula dengan profesi guru, kebanggaan dan kesenangan dalam menjalaninya harus tertanam kuat dalam hati setiap guru. karena guru merupakan panutan dan figur bagi setiap peserta didiknya, yang diharapkan mampu mengarahkan atau bahkan merubah peserta didik menjadi lebih baik dari sebelumnya, baik dalam hal ilmu pengetahuan maupun sikap dan tingkap laku dalam kehidupan sehari-hari.Â
Lantas bagaimana seorang guru dapat memberikan pengaruh positif terhadap para siswanya, apabila guru itu sendiri tidak memiliki rasa kebanggaan, kecintaan, kesenangan terhadap profesinya. Bagaimana peserta didik dapat meneladani gurunya, ketika guru itu sendiri tidak percaya terhadap diri sendiri dan meremehkan profesi keguruan nya.bukankah guru itu digugu lan ditiru (orang yang dipercaya dan diikuti)
untuk itu banggalah menjadi seorang guru, profesi yang melahirkan segala macam profesi, kemajuan bangsa tergantung kualitas pendidikannya, pendidikan yang berkualitas tergantung pada kualitas gurunya.
Menurut Mulyasa dalam Imron Fauzi, faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru antara lain: 1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh sebagian guru yang bekerja diluar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan diri; 2) belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara maju; 3) adanya perguruan tinggi swasta yang mencetak guru asal jadi, atau setengah jadi, tanpa memperhitungkan output-nya kelak dilapangan, sehingga banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesinya; 4) kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk penelitian dan pengabdian masyarakat sebagaimana yang diberlakukan Tridharma di perguruan tinggi.
#semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H