Judul ini bukan menggambarkan keadaan dimana kita menjemput tamu di bandara melainkan hanya sebuah ide dan harapan untuk menjadikan Biak sebagai tempat transit dan transfer para wisatawan dan kargo melalui pintu timur Indonesia.
Kita sudah punya pintu gerbang di Selatan, Utara dan Barat tapi tidak di timur sebagai pintu masuk air traveler yang berada di timur Indonesia.
Kenapa Biak?
Letak geografis pulau Biak di Papua berpitensi menjadi tempat transfer dan transit bagi armada pesawat penumpang dan kargo antara beberapa bagian Asia dan Eropa dan Timur Tengah dengan daerah Pasifik khususnya Pasifik Selatan.
Bagi pesawat komersial dari beberapa bagian Asia dan Eropa serta Timur Tengah yang biasanya transit atau transfer di Singapore bisa mengalihkan ke Biak yang jaraknya lebih mendekat ke daerah-daerah di Pasifik seperti destinasi wisata terkenal yaitu Bora Bora.
Sebelum Pandemi penulis beberapa kali mencoba mencari penerbangan ke Bora Bora dimana bila kita memulai dari Jakarta ada dua pilihan yaitu lewat Kuala Lumpur dan Auckland Selandia Baru atau lewat Singapore dan Tokyo.
Apabila bandara di pulau Biak yaitu bandara Internaaional Frans Kaisiepo dapat menjadi alternatif dari kedua jalur tersebut atau bahkan msngambil alih total bisa membawa manfaat ekonomi yang tidak sedikit pula dari pemasukan seperti landing fee, pengisian bahan bakar pesawat, ground handling dan lainnya.
Begitu pula dengan penerbangan kargo nya yang dapat msnghubungkan antara  Pasifik dengan bsberapa bagian dari Asia dan Eropa serta Timur Tengah.
Pada laporannya tahun 2021 United Nations Conference on Trade and Development (UNTACD) Badan PBB yang membantu negara-negara sedang berkembang memaksimalkan potensi perdagangan, investasi dan pembangunan menyebutkan bahwa negara-negara dikawasan Africa dan Oceania sangat menggantungksn import komoditas pertanian.
Bandara Frans Kaisiepo bisa juga menjadii Cargo hub antara tiga kawaaan tersebut seperti hal nya bandara Anchourage yang berhasil menjadi Cargo Hub antara barat dan timur.