Ini bukanlah ilusi namun angan-angan atau juga mimpi dari salah satu pecinta aviasi dan rasa bangga dari salah satu warga negara Indonesia.
Ilusi tidak berwujud namun ini ada wujudnya.
Si Gatotkaca disini adalah pesawat baling-baling komuter regional N-250 besutan pabrikan IPTN (sekarang PT. Dirgantara Indonesia).
Sebelumnya penulis ingin menekankan kata dari pesawat baling-baling komuter regional karena jenis pesawat ini menurut penulis adalah jenis pesawat yang memang cocok untuk digunakan di Indonesia.
Pesawat komuter berfungsi sebagai feeder penumpang dan juga kargo dari bandara-bandara non utama ke bandara pengumpul atau hub serta melakukan penerbangan jarak pendek dimana hal ini sesuai dengan letak geografis kita yang terdiri dari pulau-pulau serta bandara-bandara kita yang belum semua merupakan bandara utama atau primary airport.
Konektivitas antara daerah terpencil dahulu dioperasikan Merpati Nusantara Airlines dengan penerbangan perintisnya dan sekali lagi memang cocok dengan letak demografis kita yang terdiri dari pulau-pulau.
Hingga kinipun masih banyak daerah di Indonesia yang baru atau hanya bisa didaratkan oleh pesawat baling-baling untuk menerbangkan penumpang serta mengangkut kargo, salah satunya barang kebutuhan masyarakat sekitar.
Sehingga dapat dikatakan apa yang ada dalam benak Alm. Bapak B.J. Habibie sebagai penggagas dan perencana pesawat ini bukan hanya sekedar angan-angan, mimpi atau ilusi sekalipun melainkan beliau ketika itu sedang menggambarkan masa depan penerbangan di Indonesia dimasa datang (saat ini).
Mungkin dulu belum banyak yang dapat melihat apa yang sedang beliau coba untuk gambarkan melalui pesawat N-250 namun kini bisa dikatakan gambaran tersebut nyata terjadi.
Pesawat baling-baling besutan ATR misalnya banyak digunakan di berbagai negara di dunia bahkan juga di Indonesia.
Krisis Moneter memang menjadi alasan utama berhentinya proyek pengembangan pesawat N-250 namun setelah krisis usai, proyek pun tak berlanjut hingga akhirnya sang Gatotkaca letih berangan-angan terbang seperti pesawat lainnya, kemudian legowo untuk masuk ke museum.