Mohon tunggu...
Ahmad Aunullah
Ahmad Aunullah Mohon Tunggu... Konsultan - Pelaku Wisata

Pelaku wisata yang tidak suka berada indoor terlalu lama. Berkantor di Lombok, bertempat tinggal kebanyakaan di laut.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Wisatawan Selfie-Gaze dan Dampaknya pada Destinasi Wisata

26 Mei 2021   04:58 Diperbarui: 26 Mei 2021   05:08 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini tidak hanya kamera saja yang menjadi pendamping wisatawan selama mereka berlibur namun juga smartphones yang dilengkapi oleh kamera serta akses ke media sosial untuk mengunggah foto-foto mereka secara instan.

Memang tidak bisa dipungkiri peran media sosial membawa dampak positif terhadap tempat-tempat wisata.

Hal ini karena hasil jepretan foto mereka yang sedianya merupakan kenangan mereka selama  berlibur akan berubah menjadi inspirasi bagi orang- orang yang melihat postingan tersebut.

Pada perkembangannya, kecenderungan wisatawan dalam memilih destinasi wisats yang dikunjungi adalah pada seberapa instagramable destinasi tersebut.

Foto memang hanya sebuah foto namun memiliki kekuatan yang luar biasa setelah dipamerkan di media sosial dan mungkin akan lebih banyak dilihat banyak orang jika  dibandingkan foto-foto yang dipamerkan oleh seorang fotografer di pameran foto di gedung atau tempat umum sekalipun.

Namun foto yang lebih populer kini bukanlah hanya foto pada umumnya seperti foto seluruh keluarga atau foto bersama namyn juga swafoto atau selfie.

Menurut informasi di sebuah website, ada setidaknya 220 juta foto dengan hastag selfie dan lebih dari 330 juta foto dengan hashtag me pada platform media sosial instagram.

Tapi apakah dampak swafoto ini benar-benar membawa dampak positif bagi sebuah destinasi wisata khususnya yang memiliki adat istiadat, tradisi dan budaya yang selama ini dijalankan oleh masyarakat lokal ?

Dampak positif disini adalah dalam hal lebih  memperkenalkan apa yang ada pada destinasi wisata tersebut dengan lebih dulu mengenal dan memahami betul akan adat istiadat, tradisi dan budaya lokal.

Tidak jarang dari hasil swafoto menampilkan objek wisata sebagai latar belakang serta tanpa caption yang menjelaskan lebih jauh tentang destinasi tersebut.

Keberadaan diri lebih mendominasi sebuah foto yang mereka hasilkan dibandingkan dengan keberadaan dan informasi akan destinasi wisata yang menjadi latar belakang foto mereka.

Pada akhirnya inspirasi yang diciptakan tersebut bukan timbul karena kertarikan akan destinasi wisata tersebut namun lebih kepada bayangan untuk melakukan swafoto yang sama dan bahkan memikirkan untuk memproduksi swafoto yamg lebih bagus ditampilkan di media sosial.

Dan kepuasan kita sebagai wisatawan bukan terletak pada kualitas dari destinasi dan pengalaman kita berlibur disana tapi pada komentar dan feedback yang didapat pada postingan kita.

Inilah selfie-gaze dimana dampak sebuah swafoto di media sosial dapat merubah cara pandang kita baik sebagai individu dan wisatawan akan sebuah liburan di sebuah destinasi yang hanya berdasarkan betapa populernya postingan kita terhadap sebuah destinasi liburan bukan pada keunikan dan authentic nya sebuah destinasi.

Dampak negatif lain dari selfie-gaze adalah pada ketidakpekaan kita terhadap sekitar kita berada dengan banyaknya berita wisatawan yang meninggal dan di denda karena melakukan swafoto di tempat-tempat yang semestinya seperti tempat yang sakral bagi masyarakat lokal disana.

Dan ketika masyarakat lokal pada destinasi juga terikut dengan tren swafoto maka dampaknya akan lebih luas dan parah dalam usahanya lebih mempromosikan keunikan daerahnya.

Sebuah foto merupakan visualisasi dan jika dalam konteks destinasi wisata, sebuah foto adalah gambaran atau ilustrasi dari sebuah tempat dengan segala keunikan lokalnya yang akan menumbuhkan ketertarikan orang untuk mengalaminya langsung bukan berdasarkan komentar dan feedback di media sosial.

Destinasi wisata tidak hanya berupa pantai, gunung, desa dan segala pemandangan alam saja namun juga sebuah pengalaman kita yang nyata pada keunikan, adat istiadat, budaya dan tradisi lokal yang berbeda dan dapat menumbuhkan kecintaan yang mendalam.

Mudah-mudahan akan banyak lagi para travel blogger/vlogger di Indonesia dengan foto-foto dan video tentang keunikan seluruh destinasi wisata kita serta dengan wisatawan yang non selfie-gaze ini.

Salam Pariwisata Indonesia

Dari beberapa sumber. 1 dan 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun