Keberadaan masyarkat asli Venice juga dipertanyakan ketika banyaknya pendatang yang bermukim disana untuk mendirikan usaha dalam sektor pariwisata.
Di Indonesia sendiri kekhawatiran akan overtourism justru datang dari pendapat dan penilaian dari luar Indonesia yang justru seharusnya menjadi perhatian khusus dan tidak diabaikan dengan datar.
Pelaku wisata yang selalu mengatakan bahwa mereka adalah menerapkan konsep ekowisata juga dipertanyakan keseriusan mereka dalam pemahaman ekowisata itu sendiri ketika mereka membangun kawasan mereka dengan merusak alam itu sendiri dan tidak memperhatikan alam ketika sudah melakukan usahanya.
Beberapa resort atau penginapan  yang justru dibangun di kawasan yang dilindungi yang berarti sebenarnya tidak diperbolehkan adanya bangunan disana dan bahkan ada yang dibangun dalam radius tidak aman dari gempa bumi, akan tetapi dengan dalih bahwa mereka menggunakan konsep ekowisata maka berdirilah resort tersebut.
Kapal-kapal yang membuang jangkar walaupun sudah disediakan mooring buoy untuk mengikat kapalnya untuk tidak merusak terumbu karang disekitarnya masih terus berlangsung dan malah dibiarkan oleh beberapa pengelola wisata.
Kembali ke alam.
Mungkin Sang Pencipta saat ini sedang mengingatkan kita semua untuk lebih memperhatikan dan mencintai alam yang telah memberikan kehidupan kepada kita semua, dan mungkin sedang memberikan ruang dan waktu kepada alam untuk beristirahat dan berlibur dengan  caranya sendiri.
Pariwisata memang sangat digemari oleh hampir seluruh umat di dunia untuk melihat kebudayaan, tradisi dan kebiasaan lain di berbagai tempat di dunia namun ketika kita sebagai kita yang biasanya datang dan pulang dengan tidak banyak melibatkan diri dalam memelihara alam dan sekitar di destinasi wisata yang telah dikunjungi dan meninggalkan sampah dan perusakan akan membuat pariwisata di tempat tersebut tidak bersahabat dengan alam pada akhirnya.
Ketika laut sudah menjadi Tempat Pembuangan Akhir sampah yang dilakukan oleh beberapa orang , polusi tidak bisa dihindari dan penyelam yang melakukan kegiatan menyelam dan snorkelling bisa jadi melihat kekeruhan air laut dan mungkin bahkan tidak lagi menjadi spot yang sehat untuk melakukan kegiatan tersebut.
Baik itu perkotaan, pantai, gurun hingga pegunungan dan dimanapun aktivitas pariwisata berlangsung akan terus mengalami pengrusakan bila cara kita memperlakukan alam masih sama dengan dulu.
Perhatian Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam mendengungkan ekowisata dalam kenormalan baru sangat diapresiasi namun akan kembali kepada para pelaku wisata dan wisatawan itu sendiri dalam memperlakukan alam dan dunia satwa.