Mohon tunggu...
Ahmad Robiyi
Ahmad Robiyi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya senang mempelajari hal baru dan meningkatkan hard skill dan soft skill saya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

3D Printed Meat

7 Mei 2024   20:31 Diperbarui: 7 Mei 2024   21:08 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Manusia bukanlah hidup untuk makan, melainkan makan untuk hidup. Manusia yang berada di puncak rantai makanan, mengendalikan siklus alam ini untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Daging, yang umum ditemukan dalam makanan kita, kini juga bisa diciptakan melalui kemajuan teknologi seperti 3D Printer, menandai era baru dalam produksi pangan.

3D Printer Meat merupakan terobosan inovatif dalam teknologi pangan, di mana produk yang dihasilkan menyerupai daging asli baik dari segi tekstur maupun rasa. Proses pembuatannya melibatkan manufaktur aditif, sebuah metode di mana material ditambahkan lapis demi lapis hingga menciptakan bentuk akhir.

Dalam kasus 3D Printed Meat, bio-tinta yang terdiri dari sel-sel protein, lemak, dan nutrisi lainnya, dikeluarkan secara presisi oleh nosel printer 3D untuk membentuk struktur daging. Teknologi ini tidak hanya menjanjikan alternatif sumber protein yang berkelanjutan, tetapi juga membuka peluang untuk menciptakan jenis daging yang disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi spesifik, serta mengurangi dampak lingkungan yang sering dikaitkan dengan peternakan konvensional.

Memahami 3D Printed Meat tidak lengkap tanpa menimbang kelebihan dan kekurangannya. Terobosan baru ini, seperti cahaya dengan bayangannya, membawa manfaat signifikan sekaligus tantangan. Kelebihannya termasuk kemampuan untuk menciptakan produk dengan bentuk yang kompleks, pengurangan limbah material, dan personalisasi objek sesuai kebutuhan spesifik. Namun, di sisi lain, terdapat kekurangan seperti biaya awal yang tinggi untuk peralatan, keterbatasan bahan yang dapat digunakan, kebutuhan akan desain yang tepat untuk menghindari kegagalan cetak, dan dampak sosioekonomi pada petani dan industri daging tradisional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun