Mohon tunggu...
Ahmad Sunandar
Ahmad Sunandar Mohon Tunggu... Dosen - Enjoy every time

sekarang saya bekerja sebagai pengajar di salah satu perguruan tinggi di kota Surakarta. Selain mengajar, saya suka melakukan penelitian dan penulisan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stigma Masyarakat Terhadap Penderita Penyakit Tertentu di Tengah Merabaknya Virus Covid-19

11 Juli 2021   13:13 Diperbarui: 11 Juli 2021   13:18 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(kabar24.bisnis.com)

Penyakit dapat mucul kapan saja, terhadap siapa saja, dan dapat terjadi dalam waktu yang tidak dapat diprediksi. Di tengah merebaknya persebaran Virus Covid–19, penanganan terhadap beberapa jenis penyakit dianggap sama yaitu dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid–19. 

Berdasarkan isu yang beredar, bahkan terdapat oknum penyedia jasa kesehatan yang tidak bertanggung jawab yang dengan sengaja memalsukan data sehingga pasien tercatat sebagai seseorang yang positif terpapar Virus Covid–19. Hal ini tentunya memberikan dampak buruk dalam kehidupan masyarakat.

Kurangnya pengetahuan di tengah masyarakat menyebabkan isu yang beredar ini semakin mudah dipercaya. Padahal kenyataanya tidak semua penyedia jasa kesehatan melakukan tindakan ini. Dengan semakin meluasnya angka positif terpapar Virus Covid–19 ini menyebabkan masyarakat sangat berhati – hati untuk berinteraksi dalam keseharianya. Ditambah dengan perubahan cuaca yang juga berdampak buruk terhadap kesehatan, masyarakat menganggap bahwa penyakit yang timbul merupakan gejala awal dari terinfeksinya Virus Covid–19 yang kita ketahui menyerang sistem imunitas tubuh.

Di lingkungan masyarakat pedesaan stigma terhadap penderita penyakit tertentu di tengah pandemi sangat dirasakan dampaknya. Bahkan saat ini kebanyakan masyarakat menganggap semua kematian yang berawal dari penanganan di rumah sakit merupakan pasien dengan keadaan positif Covid–19. Pada kenyataanya hal ini tidak sepenuhnya dibenarkan, faktanya terdapat beberapa penyakit yang sebelumnya telah diderita yang kemudian merenggut nyawanya.

Tindakan ini tentunya juga menghambat proses berlangsungnya  pemakaman. Jika biasanya masyarakat bergotong royong mulai dari awal hingga pemakaman selesai, kini masyarakat hanya turut serta dalam mempersiapkan lahan untuk pemakaman. Selebihnya merupakan wewenang dari petugas kesehatan.  

Hal ini tentu memberikan kesan kesedihan yang lebih mendalam bagi keluarga korban yang meninggal bukan karena positif Covid–19 namun perlakuanya terkesan disamakan dengan seseorang yang benar –benar positif Covid–19, meski dengan tujuan menaati peraturan yang berlaku yaitu tetap menjaga jarak. Bahkan sekedar ta’ziah dirumahpun juga sangat dibatasi.

Dengan demikian sebagai masyarakat yang hidup dengan mengedepankan gotong royong, sudah sebaiknya kita bisa menanggapi beberapa permasalahan yang ada di lingkungan sekitar dengan bijak dan tepat. Sikap tersebut dapat terlihat dengan tindakan yang kita lakukan sebagai wujud kepedulian antar masyarakat. Maka dari itu di tengah Pandemi Covid–19  yang banyak sekali bermunculan berita hoax ini, kita perlu bijak untuk menanggapinya serta berhati – hati dalam bertindak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun