Mohon tunggu...
SAP Lawfirm
SAP Lawfirm Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kantor SAP Lawfirm

Konten dunia hukum, politik, ekonomi, pendidikan dan sosial

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Gemoy dan Susu, Blunder Prabowo atau Tren Positif?

29 November 2023   13:27 Diperbarui: 29 November 2023   13:30 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya komunikasi politik menjadi hal yang penting untuk disampaikan ke publik agar publik tertarik untuk mencoblos Capres - Cawapresnya. Memang idealnya adu gagasan dan ide menjadi hal yang paling penting untuk disampaikan dalam rangka mencerdaskan rakyat. Tetapi melihat gaya komunikasi atau jargon yang muncul antara ketiga capres - cawapres maka Gemoy dan Susu menjadi gaya politik yang mudah diingat masyarakat.

Masyarakat saat ini menurut hemat saya dihadapkan dalam situasi beban hidup yang berat, sehingga membutuhkan hal - hal yang ringan. Pemilih tidak mau dipusingkan dengan jargon-jargon dan gagasan yang berat-berat karena sering kali gagasan dari tokoh politik adalah hal yang biasa. Ketika masa kampanye berjanji terlalu muluk, tetapi setelah jadi akan lupa. 

Sebenarnya kata Gemoy bukan muncul dari seorang Prabowo karena pada awalnya Prabowopun tidak tahu apa arti Gemoy. Tapi ini kecerdasan politik dan komunikasi yang bagus dimunculkan. Gemoy adalah simbol rileks, tidak emosional dan merakyat. Dari dulu Prabowo sudah sering berjoget namun belum ada branding yang kuat dan hanya sekedar joget. Tapi gimmick marketing gemoy ini terbukti mudah dikenali rakyat. 

Komunikasi ini menunjukkan bahwa Prabowo seorang yang polos dan ikhlas untuk mengabdi kepada rakyat, tidak dibuat-buat memang itu menggambarkan siapa sosok Prabowo. Namun gimmick gemoy ini harus dipertahankan oleh Prabowo jika ingin gimmick ini menjadi alat untuk memenangkan kontestasi pilpres nanti. Prabowo harus mampu mempertahankan sifat gemoynya dan menghilangkan sikap emosi nya.

Gemoy pada dasarnya adalah kata plesetan yang berasal dari kata "gemas". Istilah ini biasanya digunakan ketika melihat suatu objek yang menggemaskan.   Sebenarnya, gemoy adalah plesetan dari gemas dengan mengganti huruf akhiran --y menjadi --s biar terkesan lebih imut. Pengucapannya biasanya menggunakan nada yang geregetan dan manja sebagai bentuk ekspresi dari kata tersebut. 

Gemoy telah mampu mengubah persepsi dan melupakan masalah kontroversial putusan Mahkamah Konstitusi. Dan memang gemoy ini diciptakan agar pemilu kali ini menjadi lebih cair daripada pemilu sebelumnya yang bangsa ini terbelah menjadi dua. 

Susu dan Program Soeharto

Peningkatan gizi masyarakat menjadi perhatian bagi seorang Prabowo. Prabowo tahu betul bahwa untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang kuat dan cerdas, maka kebutuhan gizi anak harus terpenuhi. Kondusi stunting atau kekurangan gizi masih kita dengar selama ini dan tidak bisa kita pungkiri. Prabowo pandai untuk membuat program ringan tapi ini paling dasar dalam membangun bangsa. Bangsa yang kuat tidak akan berdiri jika SDM yang dimiliki gizinya tidak terpenuhi. Bandingkan dengan Jepang yang mempunyai SDM kuat karena gizi mereka terpenuhi.

Prabowo juga ingin membawa romantisme program Posyandu era Presiden Soeharto. Program ini adalah salah satu keberhasilan Presiden Soeharto dan mempunyai dampak positif yang luar biasa. 

Prabowo sepertinya ingin mengemas sebuah program yang tidak muluk-muluk, tetapi ini merupakan program dasar dalam pembangunan. Prabowo sepertinya belajar dari Presiden-Presiden sebelumnya termasuk Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY dan tentunya Jokowi. Progam pembagian susu setiap hari menjadi program ringan tetapi disukai emak-emak. Seperti sebelumnya Prabowo juga menyimbolkan dirinya dekat dengan emak-emak.

Mungkin banyak emak-emak yang kecewa ketika Prabowo dulu bergabung dengan Jokowi, tetapi Prabowo melalui program susu ini ingin mencipkatan kembali romantisme bahwa dirinya dekat dengan emak-emak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun