Setelah berhasil menembus lapisan energi yang melindungi Gunung Abadi, Ical, Alan, Arcanus, dan Zahra mulai menyusuri jalan setapak yang menanjak menuju puncak gunung.
Sepanjang perjalanan, suasana di sekitar mereka terasa sangat mistis dan mencekam. Kabut tebal seolah-olah menyelimuti seluruh area gunung, membuat pandangan mereka terbatas. Dedaunan pepohonan bergerak perlahan, seakan ada yang mengawasi mereka.
Sementara berjalan, Alan tidak bisa menahan rasa penasarannya. Ia pun bertanya kepada Zahra, "Sebenarnya kamu ini dari mana? Dan darimana kamu mendapatkan kekuatan yang kamu miliki?"
Zahra tersenyum lembut. "Aku berasal dari tempat yang jauh dari sini, sebuah dimensi lain yang terhubung dengan Arcadia. Kekuatanku untuk membaca pikiran dan menyembuhkan luka ini adalah anugerah yang diberikan kepada kami, para penjaga dimensi itu."
"Dimensi lain?" Alan terperangah. "Jadi kamu bukan berasal dari Arcadia?"
"Benar," jawab Zahra. "Aku datang ke sini untuk membantu kalian, karena aku tahu betapa pentingnya misi ini. Batu-batu kuno itu harus segera diselamatkan sebelum jatuh ke tangan yang salah."
Ical, yang sedari tadi hanya diam, tiba-tiba berhenti berjalan. Matanya membelalak saat menangkap sebuah cahaya yang memancar dari balik kabut.
"Lihat, itu!" seru Ical sambil menunjuk ke arah cahaya tersebut.
Mereka semua mengikuti arah yang ditunjuk Ical dan terkejut melihat sebuah cahaya keemasan yang bersinar dengan begitu kuat.
"Itu pasti Batu Arkanis!" kata Arcanus. "Ayo, kita harus segera mendapatkannya sebelum terlambat."