Agam, Sumatera Barat - Keberadaan masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat. Salah satu praktik keagamaan yang rutin dilakukan di masjid-masjid di berbagai daerah adalah tausiyah. Kegiatan ini menjadi sarana penting untuk menyebarkan ilmu dan memperkuat iman umat.
Masjid di Jorong Sonsang, misalnya, berperan sebagai pusat keagamaan bagi umat Muslim. Selain digunakan untuk shalat, masjid ini juga menjadi tempat penyebaran ilmu pengetahuan kepada masyarakat luas. Melalui tausiyah yang diadakan secara rutin, diharapkan masyarakat dapat terdorong untuk berperilaku islami dan meningkatkan kualitas spiritual mereka.
Pengurus masjid berupaya menyusun agenda penceramah yang akan menyampaikan tausiyah, dan masyarakat pun diundang untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Ustadz Zuharmen, Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Istiqomah Sonsang, menyatakan, "Dengan adanya tausiyah yang diagendakan, pengurus masjid dan masyarakat hendaknya berpartisipasi dalam mencapai kemakmuran tersebut."
Pernyataan ini menunjukkan pentingnya kolaborasi antara pengurus masjid dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan spiritual.
Dalam pelaksanaannya, tausiyah berfungsi sebagai sarana untuk memberikan nasehat, petunjuk, dan ajakan dalam menyampaikan kebaikan serta pengajaran kepada semua orang agar menjalankan perintah agama dan menjauhi larangannya. Tausiyah tidak hanya sekadar ceramah, tetapi juga merupakan proses interaktif yang melibatkan dialog antara penceramah dan jamaah. Hal ini penting untuk menciptakan pemahaman yang lebih mendalam tentang ajaran agama.
Di sisi lain, filsafat pemikiran yang mendasari pelaksanaan tausiyah di masjid memiliki hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Filsafat sebagai sistem pemikiran mengajarkan penalaran logis dan refleksi mendalam, yang dapat memperkaya pemahaman melalui penyampaian materi tausiyah. Dalam konteks ini, seorang penceramah seharusnya mengajak masyarakat untuk bertanya, sehingga dapat menciptakan pemahaman yang lebih mendalam tentang kehidupan, berdasarkan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW serta hubungan manusia dengan Tuhan.
Pendekatan ini diharapkan dapat memperkuat karakter jamaah dan mewujudkan kemajuan berkemasyarakatan yang islami. Filsuf besar Islam, Al-Farabi, menekankan pentingnya filsafat dalam membantu umat memahami ajaran agama secara rasional. Dalam pandangannya, filsafat dapat memperkuat pemahaman terhadap agama sebagai sarana untuk mengembangkan akal dan memahami tujuan kehidupan manusia yang sejati, yang pada akhirnya mendekatkan diri kepada Tuhan.
Namun, tantangan demi tantangan muncul. Ada anggapan bahwa pemahaman ajaran tausiyah sulit diresapi oleh generasi tua, yang merupakan hal wajar di tengah perubahan sosial dan teknologi yang pesat. Namun, masalah ini dapat diatasi dengan pendekatan yang tepat dan pemahaman yang penuh kasih sayang. Keterbukaan untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman antara generasi muda dan tua sangat penting dalam proses ini.
Sebagai generasi penerus, kita memiliki peran penting untuk mempelajari ajaran Islam dan membantu orang tua dalam memperdalam pemahaman agama mereka. Program tausiyah juga dapat kita ikuti agar tetap terhubung dengan ajaran agama tanpa merasa tertinggal oleh perubahan zaman. Kegiatan ini tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan.
Dalam filsafat Islam, terdapat kutipan yang sangat memukau: "Janganlah puas dengan keberadaan spiritualmu, tingkatkan! Majulah tanpa henti, tanpa gangguan. Dengan tujuan yang teguh, berdoalah kepada Tuhan Sang Maha Benar, untuk membawamu dari keadaanmu saat ini menuju keadaan berikutnya." Perkataan ini diungkapkan oleh Ibnu 'Arabi, seorang ahli filsafat, yang mengingatkan kita untuk terus berusaha dan tidak berpuas diri dalam pencarian spiritual.