Meningkatkan Keterlibatan Keluarga dan Masyarakat: Pilar Pendidikan dalam Menyongsong Indonesia Emas 2045
Oleh: A. Rusdiana
Pendidikan di era 5.0 menuntut pendekatan yang lebih kolaboratif, di mana keluarga dan masyarakat tidak hanya menjadi pelengkap, tetapi juga aktor utama dalam pembelajaran. Studi menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak meningkatkan motivasi belajar, prestasi akademik, serta keterampilan sosial peserta didik. Namun, masih terdapat kesenjangan (GAP) dalam implementasi strategi keterlibatan ini, terutama dalam membangun komunikasi efektif antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dalam konteks Indonesia Emas 2045, meningkatkan keterlibatan keluarga dan masyarakat menjadi prioritas untuk menciptakan generasi yang adaptif, inovatif, dan memiliki daya saing global. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi lima pembelajaran utama dalam memperkuat peran keluarga dan masyarakat dalam pendidikan. Berikut lima pembelajaran utama dalam meningkatkan keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan:
Pertama: Membangun Komunikasi Efektif antara Sekolah dan Keluarga; Komunikasi yang baik antara sekolah dan keluarga adalah fondasi keterlibatan yang sukses. Kepala sekolah dan guru perlu menyediakan jalur komunikasi yang terbuka, seperti forum diskusi rutin, aplikasi komunikasi, atau pertemuan orang tua. Dengan demikian, orang tua dapat memahami perkembangan akademik dan karakter anaknya serta memberikan dukungan yang tepat.
Kedua: Mendorong Peran Aktif Orang Tua dalam Pembelajaran; Orang tua bukan hanya pengawas, tetapi juga fasilitator dalam proses belajar anak. Dengan memberikan pendampingan yang sesuai dan menciptakan lingkungan belajar yang nyaman di rumah, anak akan lebih termotivasi dalam belajar. Sekolah dapat mengadakan pelatihan bagi orang tua tentang teknik mendampingi anak belajar secara efektif.
Ketiga: Mengintegrasikan Komunitas Lokal dalam Pendidikan; Komunitas lokal, seperti organisasi sosial, lembaga keagamaan, dan pelaku usaha, dapat menjadi mitra dalam mendukung pendidikan. Misalnya, komunitas dapat memberikan program mentoring, pelatihan keterampilan, atau pengalaman kerja nyata bagi peserta didik. Kolaborasi ini memperkaya wawasan siswa dan menghubungkan mereka dengan dunia nyata.
Keaampat: Meningkatkan Kesadaran Sosial Melalui Kegiatan Berbasis Masyarakat; Program pendidikan berbasis masyarakat, seperti proyek sosial dan kegiatan sukarela, dapat membentuk karakter anak yang lebih peduli dan bertanggung jawab. Melalui keterlibatan dalam komunitas, anak belajar nilai-nilai kepemimpinan, kerja sama, dan empati, yang merupakan keterampilan esensial di era 5.0.
Kelima: Memanfaatkan Teknologi untuk Meningkatkan Partisipasi; Di era digital, teknologi dapat menjadi alat utama dalam memperkuat keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan. Platform daring, aplikasi pendidikan, serta media sosial dapat digunakan untuk berbagi informasi, memberikan materi pembelajaran tambahan, dan memperluas jejaring komunitas pendidikan.
Meningkatkan keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan adalah investasi jangka panjang untuk membangun bangsa yang lebih unggul. Pemangku kepentingan pendidikan, mulai dari kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, hingga komunitas lokal, perlu bekerja sama dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Dengan ini, merekomendasikan Bahwa: 1) Kepala sekolah dan guru perlu mengembangkan strategi komunikasi yang efektif dengan orang tua dan komunitas; 2) Orang tua perlu diberikan pelatihan dan panduan agar dapat mendukung pembelajaran anak dengan optimal; 3) Pemerintah dan lembaga pendidikan harus mendorong program keterlibatan komunitas dalam pendidikan; 4) Pemanfaatan teknologi harus dioptimalkan untuk mendukung partisipasi keluarga dan masyarakat dalam pendidikan.
Dengan sinergi yang kuat, kita dapat menciptakan generasi emas yang siap menghadapi tantangan masa depan dan membawa Indonesia menuju kejayaan di tahun 2045. Wallahu A'lam.